Pekanbaru (ANTARA) - Ekonomi Provinsi Riau diprediksi masih akan tumbuh meski tidak terlalu jauh berebeda dari sebelumnya. Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Riau menyatakan pertumbuhan daerah berjuluk “bumi lancang kuning” itu pada 2019 diperkirakan berada pada kisaran 2,20 hingga 2,70 persen.
Hal ini disampaikan Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Riau, Iwan Mulawarman pada acara ‘Diseminasi Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Riau’, di Kota Pekanbaru, Selasa.
Prediksi BI tentang pertumbuhan ekonomi Riau 2019, sedikit lebih rendah daripada realisasi pertumbuhan ekonomi Riau yang mencapai 2,34 persen.
Namun, Iwan mengatakan prediksi pertumbuhan 2,20 - 2,70 persen tersebut dengan tendensi bias ke atas sehingga diperkirakan lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan 2018.
Laju pertumbuhan tertinggi ekonomi Riau berasal dari sisi penggunaan diperkirakan bersumber dari peningkatan konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT), berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu serentak 2019.
“Secara umum, meningkatnya konsumsi LNPRT sejalan dengan adanya momentum Pemilu 2019 yang diselenggarakan pada bulan April 2019,” katanya.
Baca juga: Permintaan uang tunai di Riau selama Pemilu melonjak. Begini penjelasan BI
Kemudian sisi penggunaan yang mendukung pertumbuhan ekonomi adalah dari konsumsi pemerintah, dan net ekspor di tengah perlambatan konsumsi rumah tangga dan investasi.
Sementara itu, konsumsi pemerintah didorong oleh penambahan rencana pendapatan daerah (APBD) tahun 2019 menyusul telah terjadinya kesepakatan antara Badan Anggaran DPRD Provinsi Riau dengan Kementerian Keuangan untuk menaikan Dana Bagi Hasil (DBH) PPN dan Cukai, DBH Migas, dan Dana ALokasi Khusus (DAK).
Adapun meningkatnya net ekspor bersumber dari kenaikan ekspor luar negeri seiring dengan penurunan tarif impor minyak mentah kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan RPO India yang diringi dengan potensi membaiknya pertumbuhan harga CPO 2019.
Pada triwulan I-2019, perekonomian Riau diperkirakan tumbuh positif berada pada kisaran 1,50 hingga 2,00 persen (yoy) atau sedikit meningkat dibandingkan realisasi triwulan IV-2018. Peningkatan utamanya diperkirakan bersumber dari kenaikan konsumsi pemerintahan, investasi dan ekspor luar negeri.
“Konsumsi pemerintahan diperkirakan meningkat seiring dengan akan dibayarkannya tunda salur DBH 2018 pada triwulan I-2019,” katanya.
Dengan dibayarkannya DBH 2018 tersebut, lanjutnya, maka pemerintah daerah dapat menggunakan dana itu untuk pembiayaan infrastruktur daerah sehingga mendorong investasi.
Meski begitu, perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tertahan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga seiring dengan rendahnya aktivitas sektor swasta yang didorong kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition), serta moderasi konsumsi pascamomentum liburan natal dan tahun baru 2019.
Baca juga: Begini strategi MNC Bank permudah mekanisme kredit untuk UKM Riau
Baca juga: BI: Gunakan Wakaf Sebagai Instrumen Pembangunan Riau
Berita Lainnya
Garuda Indonesia bersama Bank Mandiri gelar travel festival di tiga kota Asia
14 November 2024 13:25 WIB
Bank Indonesia sebut surplus anggaran Rp55,66 triliun hingga September 2024
06 November 2024 16:04 WIB
Bank Indonesia hentikan publikasi JIBOR per 1 Januari 2026
27 September 2024 11:21 WIB
Bank Indonesia sebut utang luar negeri Indonesia Juli 2024 tetap terkendali
19 September 2024 12:20 WIB
Bank Indonesia perkirakan penjualan eceran Agustus 2024 meningkat
10 September 2024 11:37 WIB
Bank Mandiri proyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5 persen di kuartal II-2024
05 August 2024 12:02 WIB
IHSG Bursa Efek Indonesia diprediksi menguat jelang rilis suku bunga Bank Indonesia
17 July 2024 12:11 WIB
PT Bank Rakyat Indonesia tekankan pentingnya transformasi digital yang berkelanjutan
03 July 2024 12:01 WIB