Bank Indonesia: Edukasi Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah untuk Kedaulatan dan Pemersatu Bangsa

id BI

Bank Indonesia: Edukasi Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah untuk Kedaulatan dan Pemersatu Bangsa

Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Riau mengajak masyarakat untuk mencintai dan bangga menggunakan rupiah dalam setiap transaksi, karena selain sebagai alat pembayaran yang sah, rupiah juga merupakan simbol kedaulatan sekaligus pemersatu bangsa. (Uluan Manurung)

Kampar (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Riau mengajak masyarakat untuk mencintai dan bangga menggunakan rupiah dalam setiap transaksi, karena selain sebagai alat pembayaran yang sah, rupiah juga merupakan simbol kedaulatan sekaligus pemersatu bangsa.

Perubahan pola edukasi mengenai rupiah disebut mengalami pergeseran signifikan sejak 2019 hingga 2020. Jika sebelumnya masyarakat hanya dikenalkan dengan metode 3D (dilihat, diraba, diterawang) untuk memastikan keaslian uang, kini Bank Indonesia mengembangkan pendekatan lebih luas melalui program Cinta, Bangga, dan Paham (CBP) Rupiah.

“Dulu kita hanya fokus pada lembar uangnya saja. Padahal peran rupiah jauh lebih luas dari sekadar alat tukar,” kata Hendra, Staf Bank Indonesia Provinsi Riau, dalam kegiatan sosialisasi CBP Rupiah pada Media Gathering bersama insan pers di Kabupaten Kampar, 29-31 Agustus.

Menurut dia, pendekatan 3D dinilai terlalu sempit karena hanya menyentuh aspek fisik uang. Di era digital, transaksi tidak lagi terbatas pada uang tunai, melainkan juga mencakup dompet digital seperti OVO, GoPay, DANA, penggunaan QRIS, hingga rencana penerapan mata uang digital bank sentral (Central Bank Digital Currency/CBDC).

Hendra menambahkan, rupiah memiliki peran strategis dalam menjaga kedaulatan negara. Ia mencontohkan kasus lepasnya Sipadan dan Ligitan, yang menurut BI turut dipengaruhi rendahnya penggunaan rupiah di wilayah tersebut.

“Jika masyarakat tidak menggunakan rupiah, maka lambat laun kedaulatan ekonomi dan politik kita bisa tergerus,” ujarnya menegaskan.

Selain simbol kedaulatan, rupiah juga menjadi penggerak ekonomi nasional. Dana masyarakat yang tersimpan di bank, kata dia, dapat disalurkan kembali menjadi modal usaha yang mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk mendukung UMKM.

Hendra menjelaskan, program CBP Rupiah dibangun atas tiga pilar utama. Pertama, Cinta Rupiah yang mengajak masyarakat mengenali dan memperlakukan rupiah dengan baik, antara lain melalui gerakan 5J: jangan dilipat, jangan dicoret, jangan diremas, jangan distapler, dan jangan dibasahi.

Kedua, Bangga Rupiah, yaitu menanamkan kesadaran bahwa rupiah adalah simbol resmi negara, setara dengan bendera Merah Putih, Bahasa Indonesia, dan Lambang Garuda.

“Sayangnya masih ada masyarakat yang enggan menerima pecahan Rp75.000, padahal uang tersebut sah dan berlaku. Semua pecahan rupiah resmi negara wajib diterima sebagai alat pembayaran,” katanya.

Ketiga, Paham Rupiah, yang mendorong literasi keuangan masyarakat. Pilar ini mencakup pemahaman transaksi digital yang aman, cara mengelola keuangan dengan menabung, hingga berinvestasi secara bijak.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyinggung budaya masyarakat Jepang yang sangat menghormati uang sebagai simbol negara. Hal yang sama diharapkan diterapkan masyarakat Indonesia terhadap rupiah yang memuat gambar pahlawan nasional.

“Bukan semata nilai nominal, tapi nilai sejarah dan perjuangan juga melekat dalam setiap rupiah,” katanya.

Bank Indonesia Provinsi Riau menargetkan survei pemahaman CBP Rupiah dilakukan pada akhir tahun untuk mengukur tingkat literasi masyarakat lintas usia. Hasil survei tersebut akan menjadi dasar perbaikan strategi edukasi ke depan.

Ia menegaskan, edukasi soal rupiah bukan hanya tanggung jawab Bank Indonesia, melainkan tugas bersama seluruh elemen masyarakat. “Wartawan bisa menyuarakan lewat tulisan, orang tua bisa mengajarkan anaknya, dan setiap individu bisa mulai memperlakukan rupiah dengan lebih bijak,” tutupnya.

Pewarta :
Editor: Afut Syafril Nursyirwan
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.