Potensi Karhutla 2019 Bakal Meningkat Karena El Nino

id potensi karhutla, 2019 bakal, meningkat karena, el nino

Potensi Karhutla 2019 Bakal Meningkat Karena El Nino

Pekanbaru (Antarariau.com) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mulai mempersiapkan personel pemadam kebakaran Manggala Agni untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla, yang pada tahun 2019 diprediksi potensinya akan meningkat karena pengaruh El Nino.

"Siklus lima tahunan kemarau seharusnya terjadi pada 2020, tapi setahun lebih cepat karena ada El Nino juga pada 2019," kata Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) Wilayah Sumatera, Israr Albar, dalam pernyataan pers kepada Antara di Pekanbaru, Senin.

BPPIK adalah unit kerja di bawah KLHK yang menaungi daerah operasional (Daops) di lima provinsi di Sumatera, yakni Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Jambi dan Sumatera Selatan.

Israr menjelaskan pihaknya sudah mempelajari analisa dari empat institusi, yakni Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Biro Meteorolgi Australia, Jamstec dari Jepang, dan juga lembaga meteorologi Amerika Serikat. Hasilnya memprakirkan bahwa pada awal 2019 sudah akan terjadi kemarau yang bisa memicu Karhutla.

"Empat institusi ini menyatakan akan ada peningkatan kemarau panjang, El Nino, pada bulan Februari (dan) Maret. Kita harus antisipasi keadaan karena mungkin akan lebih parah dari 2018," katanya.

El Nino adalah anomali iklim yang mengakibatkan cuaca panas dan kemarau panjang. Hal tersebut di Pulau Sumatera, khususnya di Riau, bisa memicu kebakaran hutan dan lahan.

Israr menyatakan pada tahun depan pihaknya akan menambah personel Manggala Agni jadi 915 orang plus peralatan antisipasi musim kemarau. Ia mengatakan di Sumatera ada 17 Daops Manggala Agni, yang terdiri dari 61 regu. Belum semua regu sudah berjumlah 15 personel, sehingga pada tahun depan akan dilakukan penambahan personel.

"Seperti di Kota Dumai, Riau, masih kurang dua personel sehingga tahun depan akan dilengkapi jadi 15 orang," katanya.

Ia menambahkan, sejak 2016 hingga 2018 terjadi penurunan tren Karhutla di Riau karena pengaruh banyaknya hujan. Meski begitu, berdasarkan jumlah titik panas (hotspot), di Riau tercatat masih terbanyak hotspot dibandingkan daerah lainnya di Sumatera.

"Karena di Riau paling luas area lahan gambutnya," katanya.

Ia mengatakan butuh kerja sama semua pihak untuk mengantisipasi Karhutla tahun depan, dan tidak bisa hanya mengandalkan pemadam kebakaran. Israr menyatakan perlu sinergi kuat antara pencegahan, pemadaman kebakaran dengan penegakan hukum dan penanganan setelah kebakaran.

***4***

(T.F012)