Meski Turun, Jumlah Pengidap HIV/AIDS Pekanbaru Masih Tinggi

id meski turun, jumlah pengidap, hivaids pekanbaru, masih tinggi

Meski Turun, Jumlah Pengidap HIV/AIDS Pekanbaru Masih Tinggi

Retmon Bensal Putra

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, mencatat jumlah penderita HIV/AIDS di Ibu Kota Provinsi Riau tersebut, hingga bulan Juni 2018 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Kalau dibandingkan dengan tahun lalu jumlahnya memang menurun," ucap Kadinkes Kota Pekanbaru melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Gustianti di Pekanbaru, Selasa.

Gustianti menjelaskan, hingga Juni 2017 pihaknya menemukan 204 kasus HIV/AIDS, sedangkan pada 2018 dari data yang diterima terdapat 156 orang yang terjangkit virus mematikan tersebut.

Lebih jauh, ia mengatakan bahwa jumlah tersebut masih tergolong tinggi mengingat Kota Pekanbaru memiliki slogan Kota Madani.

Namun, ia mengaku bahwa jumlah tersebut belum dapat dikatakan data valid lantaran sampai saat ini pihaknya mencurigai masih banyak masyarakat yang seolah enggan untuk memeriksakan dan melaporkan kondisi kesehatan mereka. Hal ini dikarenakan masih banyaknya orang yang menganggap masalah kesehatan, terutama HIV/AIDS adalah hal yang tabu.

Padahal, menurut aturan yang berlaku, keamanan serta kerahasiaan data dari para pengidap penyakit tersebut sangat terjamin.

"Masyarakat masih enggan untuk melaporkan kondisi kesehatan mereka. Inilah yang menjadi tugas penting kami agar masyarakat bersedia untuk memeriksakan kondisi tersebut," imbuhnya.

Terkait hal ini, dikatakan Gustianti bahwa pihaknya terus melakukan sosialisasi ke masyarakat soal penyebaran penyakit tersebut, terkait bahaya serta upaya pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat dalam mengurangi penyebaran penyakit itu.

"Salah satunya ialah dengan menerapkan pola hidup sehat. Hal ini dijelaskan Gustianti ialah dengan setia kepada pasangan, tidak melakukan seks bebas, menerapkan seks yang aman (menggunakan alat kontrasepsi)," ujarnya.

Menurut Gustianti, beberapa hal diatas adalah penyebab utama dari penyebaran penyakit HIV/AIDS. Terlebih apabila terdapat individu yang berhubungan dengan pekerja seks komersial yang kemudian tertular. Individu tersebut berkemungkinan besar akan menularkan penyakit ini kepada pasangannya yang bukan penderita HIV/AIDS. Hal ini diperparah lagi manakala pasangan aslinya tengah mengandung yang secara otomatis akan menularkan penyakit tersebut kepada janinnya.

Faktor peyebaran HIV/AIDS, ialah melalui penggunaan nakoba dengan media suntik. Hal ini dapat menimpa mereka yang salng bergantian jarum suntik antara penderita dan orang bukan penderita.

"Ini adalah tugas kita bersama untuk saling menjaga. Kalau memang merasa dirinya tertular segera periksa agar penyebarannya dapat dicegah," ucapnya lagi.

Ia berharap, agar adanya kesadaran dari masyarakat untuk sesegera mungkin memeriksakan kondisi kesehatan mereka ke Puskesmas terdekat. Selain tidak dipungut biaya pemeriksaan tersebut sangat berperan dalam menekan penyebaran penyakit HIV/AIDS.

Selain itu, terkait masalah kerahasiaan data, Gustianti menjamin bahwa hal tersebut akan sangat terjaga. Pasalnya kerahasiaan data dari pengidap HIV/AIDS sudah merupakan kode etik dalam dunia kesehatan.***4***