Pekanbaru (Antarariau.com) - Rumah Tenun Kampung Bandar kini menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Pekanbaru karena upayanya untuk melestarikan kain tenun khas Melayu Riau.
Tempat itu adalah kumpulan para perajin kain tenun, yang masih mempergunakan cara tradisional. Yang manarik dari tempat ini adalah rumah panggung, yang menjadi tempat bernaung para perajin sudah berusia sekitar 100 tahun.
Rumah Tenun Kampung Bandar kini ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara, yang datang melihat dan membeli produk buatan perajin disana.
"Tamu-tamu dari luar negeri banyak yang datang kesini kayak dari Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia," kata Wawa, Ketua Kelompok Rumah Tenun Kampung Bandar, pekan lalu.
Wawa mengatakan awal kelompok ini terbentuk saat adanya program PNPM Mandiri, sebuah BUMN milik pemerintah. Warga setempat dari golongan ekonomi menengah ke bawah di Kampung Badar mengikuti Pelatihan Tenun selama satu tahun pada 2012.
Pelatihan ini dibantu oleh Dinas Pariwisata Riau, mulai dari instruktur pelatih tenun, alat-alat tenun, dan bahan baku tenun. Sekitar kurang lebih 20 orang ibu-ibu yang mengikuti pelatihan, namun kini hanya tersisa tiga orang saja yang menenun kain di sana.
Wawa mengungkapkan bahwa banyak faktor yang meyebabkan kenapa semakin sedikit anggota yang bergabung dalam kelompok tenun, salah satunya dikarenakan ada pekerja yang sudah memiliki anak dan ada juga yang memiliki pekerjaan lain.
Hingga akhirnya mereka kekurangan pekerja, sementara daya beli masyarakat semakin hari semakin tinggi. Maka dari itu, Wawa selaku ketua kelompok saat ini tengah mencari orang yang bersedia, baik itu anak-anak yang putus sekolah ataupun ibu rumah tangga yang memiliki waktu luang supaya biasa ikut bergabung kedalam kelompok tenun ini.
"Sebelumnya kami sudah informasikan lewat sosial media seperti instagram, banyak juga yang nanya-nanya, tapi belum ada yang benar-benar mau ikut bergabung, hanya sekedar bertanya saja," jelas Wawa.
Wawa juga menjelaskan hingga sampai saat ini kelompok tenun kampung bandar sudah memiliki enam alat tenun yang didapat dari beberapa lembaga seperti PNPM Pariwisata, Lembaga Adat Melayu Riau, hingga yang terbaru tahun ini dapat bantuan alat tenun dari Bank Indonesia sebanyak tiga unit alat tenun.
Namun disinilah letak kendalanya, karena jumlah alatnya banyak hanya saja pekerja yang mau mengerjakan kain tenun sangat sedikit.
Kendala paling utama yang dihadapi oleh kelompok tenun ini adalah kesulitan dalam hal pemasaran barang. Kain tenun hasil karya kelompok ini hanya segelintir masyarakat yang mengetahuinya, sehingga =mereka kesusahan karena tidak adanya tempat untuk menyalurkan hasil karya tenunan mereka.
Alhasil mereka pun hanya menjualnya disekitaran rumah tenun saja atau saat ada kunjungan saja baru kain tenun bisa terjual. Hal itu lah yang membuat mereka berpenghasilan kecil, bahkan pernah sampai tidak terjual sama sekali kain tenunnya.
Baru sejak pertengahan tahun 2016 lalu melalui acara PHW (Pekanbaru Heritage Walk) yang diadakan setiap Sabtu-Minggu kelompok tenun kampung bandar baru mulai dikenal masyarakat luas hingga luar kota. Sejak saat itulah kelompok ini mulai kebanjiran order pemesanan kain tenun khas Riau tersebut. berkat acara tersebut, omset penjualan kain tenun semakin hari semakin meningkat. Untuk bulan ini saja omset meningkat drastis hingga mencapai 80 persen.
"Tidak setiap bulannya kain laku terjual, kadang dalam sebulan tidak ada pemasukan uang sama sekali. tapi untuk bulan ini kita banyak pemesanan hampir 60 helai dari berbagai luar kota dan untuk satu helai kami mematok harga paling murah sekitar 500 ribu untuk motif sederhana, dan 1 juta untuk motif padat", ungkap Wawa.
Kini bagi masyarakat yang ingin melihat lihat atau ingin membeli kain tenun khas Riau ini dapat mengunjungi rumah tenun kampung bandar atau kini lebih mudah bisa cek lewat instagramnya @rumah_tenun_kp_bandar. Banyak variasi motif dan desain yang bisa dipesan sesuai keinginan.
Wawa juga berharap bahwa dengan keberadaan rumah tenun kampung bandar menjadikan kain tenun khas melayu semakin berkembang dan terkenal di masyarakat luas, sehingga menjadi warisan budaya yang harus dilestarikan.
SINTA ALDELA RIZAL, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Riau
Berita Lainnya
Melestarian Warisan Budaya di Rumah Tenun Kampung Bandar
14 March 2018 15:50 WIB
Kenduri Melayu Ratib Togak, wadah jaga nilai budaya melayu
14 December 2024 15:00 WIB
Legislator: Kegiatan Lomba Batik Trenggalek Bertutur bukti cinta budaya lokal
13 December 2024 14:28 WIB
Sarawak Tourism Board tawarkan beragam destinasi wisata dan kekayaan budaya
10 December 2024 15:48 WIB
Reog yang bertahan hadapi gempuran gemerlapnya budaya modern
05 December 2024 10:40 WIB
Menteri Pariwisata sebut ajang Miss Cosmo 2024 bantu promosikan budaya Indonesia
28 November 2024 13:49 WIB
Wamendagri Bima Arya Sugiarto tekankan pendekatan budaya untuk selesaikan konflik
25 November 2024 10:17 WIB
Menteri Kebudayaan Fadli Zon sebut kekayaan budaya Indonesia adalah mega diversity
21 November 2024 14:57 WIB