Sepanjang 2017, Inflasi Tertinggi Riau Berasal Dari Tarif Listrik

id sepanjang 2017, inflasi tertinggi, riau berasal, dari tarif listrik

Sepanjang 2017, Inflasi Tertinggi Riau Berasal Dari Tarif Listrik

Pekanbaru (Antarariau.com) - Badan Pusat Statistik menyatakan selama Januari-Desember 2017 Provinsi Riau terjadi inflasi sebesar 4,20 persen, dengan andil paling besar adalah dari tarif listrik.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, Aden Gultom di Pekanbaru, Selasa menjelaskan komoditas yang memberikan andil terjadinya inflasi di Riau selama 2017 adalah tarif listrik sebesar 1,13 persen.

Kemudian komoditas rokok kretek filter sebesar 0,38 persen, kontrak rumah sebesar 0,23 persen, biaya perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) sebesar 0,21 persen, sewa rumah sebesar 0,19 persen, rokok putih dan tarif pulsa ponsel masing-masing sebesar 0,12 persen, dan lain sebagainya.

"Besarnya sumbangan atau andil inflasi selama tahun 2017 di Provinsi Riau menurut kelompok pengeluaran berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar memberikan andil

inflasi sebesar 1,89 persen," katanya.

Inflasi Riau lebih tinggi daripada inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,61 persen. Pada 2017 di Riau telah terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 128,05 pada Desember 2016, menjadi 133,43 pada Desember

2017.

Meski begitu, angka tersebut tidak jauh dari kajian Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Riau, yang memperkirakan inflasi hingga triwulan IV-2017 mencapai 4,19 persen. Selain itu, inflasi triwulan IV-2017 lebih rendah dibandingkan triwulan III-2017 yang mencapai 5,08 persen.

BPS menghitung inflasi Riau dengan menghitung indeks harga konsumen di tiga kota besar, yakni Kota Pekanbaru, Dumai dan Tembilahan. Kota Dumai mengalami inflasi sebesar 4,85 persen, Kota Tembilahan inflasi sebesar 4,27 persen, dan Kota Pekanbaru mengalami inflasi sebesar 4,07 persen.

Ia mengatakan, pada Desember 2017 Riau mengalami inflasi 0,49 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 133,43. Dari tiga kota tersebut, semuanya mengalami inflasi, yakni Dumai 0,53 persen, Tembilahan 0,50 persen, dan Pekanbaru 0,48 persen.

Sementara itu, kelompok sandang pada Desember 2017 mengalami deflasi sebesar 0,01 persen, atau terjadi penurunan indeks harga dari 114,70 pada November 2017 menjadi 114,69 pada Desember 2017.

Dari empat subkelompok dalam kelompok ini, dua subkelompok mengalami deflasi, yakni subkelompok sandang wanita sebesar 0,03 persen, dan subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 0,01 persen.

selain itu, kelompok Kesehatan pada Desember 2017 mengalami deflasi sebesar 0,02 persen, atau terjadi penurunan indeks harga dari 119,75 pada November 2017 menjadi 119,73 pada Desember

2017.

Dari empat subkelompok dalam kelompok ini, dua subkelompok mengalami deflasi yaitu subkelompok obat-obatan sebesar 0,13 persen, dan subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,02 persen.

Sebelumnya, Kepala Kantor BI Perwakilan Provinsi Riau Siti Astiyah mengatakan, secara tahunan terjadi penurunan inflasi Riau dibanding sebelumnya terutama bersumber dari komponen dalam bahan pangan yang sering bergejolak (volatile food).

Penurunan tekanan inflasi "volatile food" secara tahunan didorong oleh turunnya tekanan inflasi dari sejumlah bahan makanan seperti beras, bumbu-bumbuan, dan sayur-sayuran.

"Hal ini terjadi karena pasokan beras Provinsi Riau relatif terjaga terutama karena pasokan dari sentra produksi seperti Provinsi Sumatera Barat yang cukup baik dimasa musim panen padi pada bulan Juli 2017," kata Siti Astiyah.