Harga Tak Stabil, Petani Sayur Merugi

id harga tak, stabil petani, sayur merugi

Harga Tak Stabil, Petani Sayur Merugi

Pekanbaru (Antarariau.com) - Sejumlah petani sayur seperti bayam,kangkung,sawi dan sebagainya di Kota Pekanbaru mengeluhkan tidak adanya pasar komoditas yang memilikiketetapan dan stabilisasi harga jual produk pertanian di pasar setempat sehingga mereka bergantung kepada tengkulak.

"Tengkulak dalam menampung pertanian kami menentukan harga sayur petani Desa Karya Indah Kecamatan Tapung Kampar tidak berdaya, " kata Ketua Gabungan kelompok taniArgo Percasi Suwarno di Pekanbaru, Minggu.

Suwarno menjelaskan kendala pemasaran ini membuat petani tidak menikmati keuntungan seharusnya, sebaliknya para tengkulak justru mendapat selisih harga besar.

Ini bisa dibandingkan dari jauhnya selisih harga tolak ditingkat petani dengan eceran di pasar tradisional hampir lima kali lipat. Misalkan ia mencontohkan harga seikat sayur bayam di ladang ditolak Rp500 perikat, padahal tiba di pengecer sudah mencapai Rp2.500/ikat.

Selain itu kendala lain yang dihadapi tiap tahun saat harga sayur meningkat petani tidak bisa langsung menikmatinya,harus berlangsung lama terlebih dahulu, sebaliknya jika pasaran jatuh keesokan harinya tengkulak langsung menerapkan harga murah.

"Kalau harga naiksudah lama dulu baru kami nikmati, sementara jika turun besok langsung terjadi, " tambahnya.

Ia menambahkan permasalahan permasalahan lainnya yakni kekhawatiran kelangsungan lahan pertanian sayur kedepan, dimana adanya penggusuran akibat alih fungsi menjadi bangunan dan perumahan.

"Kami petani yang di Desa Karya Indah Kecamatan Tapung Kampar adalah hasil penggusuran dari Kertama Pekanbaru. Di tempat ini juga menumpangkalau petanidigusur bagaimana bertahan lahan makin menyempit," tuturnya.

Karena itu ia berharap pemerintah setempat agar memberikan solusi bagi masalah mereka, sebab hampir 90 sayuran dan holtikultura di Pekanbaru dipasok oleh petani lokal. Jika mereka terganggu maka kebutuhan itu akan dipenuhi dari mana.

Ia menjelaskan lagi saat ini di wilayah tersebut terdapat luasan pertanian sayur dan holtikultura sekitar 25 hektare, dikelola empat gapoktan beranggotakan 63 orang petani.Komoditas utama berupa sayuran seperti bayam, kangkung, slada, pakcoi, sawi, kemangi, gambas, paria, cabai, jagung, pepaya, singkong, lain-lain.

Pantauan antara dalam sistem distribusi perdagangan sayuran pertanian dan holtikultura di beberapa pasar tradisional Pekanbaru seperti Cikpuan,Senapelan dan Rumbai,memiliki mata rantai yang panjang sebelum tiba di konsumen.

Setiap malam para penampung sayur datang menjemput ke petani di ladang,lalu sebelum ke pasar Tengkulak melakukan sortiran ukuran dan ikatan sayuran yang didapatnya dengan memperkecil sedikit sebelum di jual .

Kemudian keesokan harinya subuh-subuh puluhan keranjang milik tengkulak dengan sepeda motor berisikan sayur bayam,kangkung, sawi dan lain-lain menyebar ke semua pasar tradisional setempat untuk membagi sesuai pesanan pelanggan pedagang besar.

Selanjutnya pedagang besar menjual aneka sayuran kepada pedagang menengah yaknipemilik warung. Baru dari situ sayur sampai di konsumen.

Kalau dari petani tengkulak membeli sayur bayam Rp500/ikat, kangkung Rp800/ikat besar,sawi juga hampir sama dengan bayam. Hingga di konsumen harganya sudah mencapai Rp2.500/ikat untuk bayam dan kangkung Rp3.500/ikat.