Pelalawan (Antarariau.com) - Sebuah LSM kemitraan pembangunan sosial berkekanjutan (Scale Up) dan Interchurch Organization for Development Cooperation (ICCO) melakukan ekspedisi ke wilayah Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau pascakonsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) sejak 2004.
"Kegiatan ini merupakan program Scale Up Riau mau melihat bagaimana kondisi sosial, budaya, ekonomi juga lingkungan masyarakat Teluk Meranti yang berada di sekitar hutan konsesi perusahaan," kata Kepala Divisi Penguatan Jaringan Scale Up Riau, Istiqomah Mafuah di Pelalawan, Rabu.
Istiqomah menjelaskan tujuannya ingin mengetahui dan melihat apakah skema bisnis dan Hak Azazi Manusia (HAM) yang tertuang dalam prinsip yang diakui PBB terkait tanggungjawab perusahaan untuk menghormatinya terpenuhi.
Menurut dia pihaknya juga mengajak awak media lokal maupun nasional untuk melihat langsung fakta dilapangan seperti apa kondisi sosial, ekonomi masyarakat.
"Kita ingin mempelajari fakta lapangan pasca wilayah itu jadi konsesi," tuturnya.
Ia menjelaskan bentuk pembelajaran yang dilakukan yakni dengar pendapat bersama masyarakat terus observasi lapangan dan melihat langsung kondisi ekonomi dan sosial.
"Ia ingin mengetahui seperti apa penerapan hak dan kewajiban dalam hubungan masyarakat setempat dengan korporasi.
"Hasilnya akan dibawa kepermukaan, berupa foto akan ada lomba dan pameran. Sementara informasi dan masukan masyarakat akan di tindak lanjuti," tambahnya.
Sementara itu Program Officer ICCO, Kiswara Santi Ihandini menyatakan Selama kegiatan tersebut peserta ekspedisi akan melakukan kunjungan ke rumah penduduk setempat dan juga lokasi usaha perekonomiannya.
Peserta juga akan melakukan penelusuran di Sungai Kampar melihat seperti apa masyarakat menangani Ombak Bono.
"Kita juga ingin melihat kawasan wisata Bono dan juga Sungai Kampar," tutur Kiswara.
Kecamatan Teluk Meranti merupakan salah satu kecamatan terakhir yang dimekarkan di Pelalawan.
Sebelum Pelalawan dijadikan Kabupaten, Teluk Meranti merupakan bagian dari Kabupaten Kampar. Karena unsur historis, banyak kemiripan budaya masyarakatnya dengan Kampar.
Masyarakat Teluk Meranti juga memiliki kehidupan sosial ekonomi yang unik. Sebelum adanya konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) di sekitar kawasan tersebut, masyarkat biasa mengolah kayu yang ada di hutan. Selain itu masyarakat juga mayoritas menjadi nelayan dan juga petani padi.
Lurah Teluk Meranti, Mursidi mengatakan bahwa masyarakat Teluk Meranti biasanya mengekspor kayu tersebut ke Malaysia dan Singapura. Masyarakat juga memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari.
"Namun sejak adanya pelarangan ilegal logging dan masuknya HTI, bahkan untuk membangun rumah sendiri masyarakat tidak bisa," kata Mursidi.
Saat ini masyarakat lebih banyak memilih menjadi petani karet dan akasia di hutan plasma, penangkar ikan dan juga berbisnis walet.
"Sebahagian masyarakat juga bekerja di perusahaan HTI tersebut," ujar Mursidi.
Melalui kegiatan ekspedisi selama beberapa hari di Teluk Meranti, Mursidi beharap masyarakat dan tim ekspedisi bisa saling bertukar pikiran.
"Kita ingin agar masyarakat di sini yang masih tradisional bisa mendapatkan masukan. Karena selama ini masyarakat berada di posisi yang merugi dibanding sebelum adanya HTI," sebutnya.
Berita Lainnya
Mahasiswa UGM dan BRG lakukan penelitian ke PT NSP
10 October 2020 17:48 WIB
Badan Informasi Geospasial Lakukan Penelitian Di Siak, Ada Apa Ya??
06 November 2017 21:25 WIB
DPRD Fakfak Lakukan Penelitian Tentang Pembuatan Perda Kampung Adat Siak
20 September 2017 23:05 WIB
Sejumlah Mahasiswa Jepang Akan Lakukan Penelitian Terhadap Mangrove Di Inhil
24 August 2017 21:50 WIB
Ilmuan Jepang Lakukan Penelitian Pulau Vulkanik Baru
28 October 2016 9:28 WIB
UI Lakukan Penelitian Dampak Paparan Asap Terhadap Warga di Riau
25 February 2016 21:18 WIB
UNRI Sepakati Kerjasama Lakukan Penelitian Aplikasi Semen Padang
18 January 2016 18:52 WIB
10 Praja IPDN Jatinangor Lakukan Penelitian di Rohil
08 January 2016 16:56 WIB