Digempur Pemerintah, Milisi Maute Kabur Dengan Menyamar Sebagai Pengungsi

id digempur pemerintah, milisi maute, kabur dengan, menyamar sebagai pengungsi

Digempur Pemerintah, Milisi Maute Kabur Dengan Menyamar Sebagai Pengungsi

Marawi (Antarariau.com) - Militer Filipina mengatakan milisi pemberontak Maute berusaha meninggalkan kota Marawi yang sempat mereka duduki, dengan menyamar sebagai penduduk, setelah pasukan pemerintah berhasil menguasai kembali sepenuhnya kota di Filipina Selatan itu.

Pendudukan kota Marawi oleh milisi Maute yang sebelum ini tak pernah dikenal, telah menjadi tantangan keamanan terbesar dalam 11 bulan pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte. Milisi yang berafiliasi kepada ISIS itu menghadapi gempuran pasukan udara dan darat Filipina sewaktu berusaha menguasai pusat kota berpenduduk 200.000 jiwa itu.

Militer Filipina mengungkapkan bahwa pemberontak mendapatkan pertolongan dari elemen-elemen yang bersimpati kepada mereka dan pejuang pemberontak yang mereka bebaskan dari penjara selama kekacauan yang mulai meletus Selasa pekan lalu dan mengejutkan militer Filipina.

"Pasukan darat kami telah menjamin bahwa akhir pasukan ini sudah sampai," kata juru bicara militer Filipina Brigjen Restituto Padilla. "Kami tengah mengurung semua kantong perlawanan."

Sekitar 100 orang tewas akibat pertempuran ini yang kebanyakan dari kelompok militan, sedangkan kebanyakan penduduk mengungsi meninggalkan kota ini. Militer Filipina mengungkapkan Maute masih bercokol di sembilan dari 96 kecamatan di kota ini.

Kemampuan Maute dalam bertempur lama melawan militer telah membuat khawatir bahwa ideologi radikal ISIS telah menyebar ke Filipina Selatan sehingga daerah ini bisa menjadi surga para militan Asia Tenggara dan sekitarnya. Kekhawatiran ini dikuatkan oleh temuan mayat beberapa warga Malaysia dan Indonesia dari pihak pemberontak Maute.

Pemerintah Filipina meyakini Maute melancarkan aksi yang dilancarkan sebelum Ramadan ini untuk menarik perhatian ISIS sehingga mendapatkan pengakuan dari ISIS sebagai afiliasi regional mereka.

Menurut beberapa saksi mata, orang-orang berbando hitam bertuliskan ISIS sempat terlihat di jalan-jalan kota Marawi. Sebuah foto yang diambil penduduk kota ini memperlihatkan 10 pria menenteng senapan serbu dan berpakaian serba hitam.

Seorang fotografer Reuters mengabadikan sebuah bendera ISIS di sebuh drum minyak di sebuah jalan yang lengang, Senin kemarin, di mana ayam-ayam mengerubungi toko-toko dan rumah-rumah yang ditinggalkan penduduk kota Marawi.

Sejumlah tentara berusaha melumpuhkan para petembak jitu Maute, sedangkan yang lainnya berjaga-jaga di jalan-jalan yang sudah ditinggalkan milisi Maute. Mereka bergerak dari blok ke blok.

Di Kota Iligan yang berdekatan dengan Marawi, penjagaan ketat dilakukan karena khawatir Maute kabur dari Marawi dengan cara membaur dengan penduduk biasa.

"Kami tak ingin apa yang terjadi di Marawi meluber ke Iligan," kata Kolonel Alex Aduca dari Batalion Infantri Mekanik Keempat.

61 militan, 20 tentara pemerintah dan 19 warga sipil tewas akibat pertempuran yang pecah sejak Selasa pekan lalu ketika pemberontak Maute membuat kekacuan menyusul operasi militer yang gagal menangkap Isnilon Hapilon yang diyakini pemerintah Filipina sebagai pemimpin ISIS di Filipina.

Kendati banyak penduduk mengungsi, ribuan lainnya tertahan di kota itu karena khawatir dicegat militan Maute ketika berusaha kabur dari kota.

10 orang sempat disandera saat kabur dari Marawi namun berhasil menyelamatkan diri. Kesepuluhnya mengaku menyaksikan pemenggalan seorang sandera sehari sebelumnya.

Sebuah video viral memperlihatkan beberapa orang memohon kepada Presiden Rodrigo Duterte untuk menghentikan operasi militer karena kalau tidak dihentikan maka mereka akan dipenggal.

Militer Filipina memperingatkan kebengisan yang dilakukan Maute. Delapan jenazah warga sipil ditemukan di luar Marawi, Minggu pekan lalu, dengan kondisi tangan mereka terikat.

Zia Alonto Adiong, politisi lokal yang terlibat dalam evakuasi pengungsi, mengungkapkan warga sipil yang terjebak di Marawi mendesak pemerintah menghentikan serangan udara. Namun Kolonel Edgard Arevalo mengungkapkan serangan hanya menyasar posisi-posisi musuh.

Duterte menerapkan hukum darurat militer di seluruh Mindanao yang merupakan pulau berpenduduk 22 juta orang di mana Marawi dan Iligan berada, untuk mencegah meluasnya kekacauan dan mengatasi radikalisme.

Duterte bahkan meminta pemberontak separatis muslim dan komunis bergabung sebagai "tentara Republik" untuk bersama-sama memerangi kaum ekstrimis, demikian Reuters.