Legislator Riau: Pemprov Harus Lebih Peka Terhadap Kasus Eksploitasi Anak

id legislator riau, pemprov harus, lebih peka, terhadap kasus, eksploitasi anak

Legislator Riau: Pemprov Harus Lebih Peka Terhadap Kasus Eksploitasi Anak

Pekanbaru (Antarariau.com) - Anggota Komisi E DPRD Provinsi Riau, yang membidangi Kesejahteraan Rakyat, menyoroti dugaan penyiksaan anak di Panti Asuhan Tunas Bangsa di Kota Pekanbaru, dan meminta pemerintah untuk "membuka mata" agar kasus eksploitasi tidak terjadi lagi.

"Seharusnya mengantisipasi hal ini terjadi, Pemerintah Provinsi Riau melalui instansi terkait (Dinas Sosial) memberikan solusi terbaik bagi keberadaan panti. Kita berharap pemerintah berperan, tidak tinggal diam terhadap kondisi ini karena mereka (anak-anak terlantar) menunggu uluran tangan," kata Anggota Komisi E DPRD Provinsi Riau Ade Hartati Rahman kepada Antara di Pekanbaru, Jumat.

Politisi Partai Amanat Nasional ini, mengaku prihatin dengan kematian seorang bayi bernama M. Zikri saat berada di Panti Asuhan Tunas Bangsa di Kota Pekanbaru. Namun begitu, ia enggan berkomentar banyak, pasalnya penyebab kematian bayi sedang ditangani pihak kepolisian setempat.

"Kita tunggu hasil dari aparat penegak hukum, meninggalnya apakah karena sakit atau ada indikasi eksploitasi anak kita tunggu saja," sebut Ade menegaskan.

Keberadaan anak yatim dan orang terlantar, kata Ade, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang sudah seyogyanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Melalui pemerintah pula, konsep pengawasan dan pembinaan panti harus diatur dan diperhatikan sedemikian rupa sesuai regulasi yang berlaku.

"Kita minta dinas terkait mengecek keberadaan panti-panti di Provinsi Riau, baik itu dari pembinaan, pengawaan ataupun legalitasnya," sebutnya pula.

Sebagai Informasi, LPA Provinsi Riau mengungkap banyak kejanggalan pada kasus kematian bayi M Zikri yang diduga mengalami penyiksaan dan penelantaran saat berada di Panti Asuhan Tunas Bangsa di Kota Pekanbaru.

"Dari data rekam medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, tempat bayi sempat dirawat sebelum meninggal, ada luka bakar di perut bayi seperti bekas puntung rokok, dan ada luka di dubur bayi yang ditutupi dengan kunyit," kata Ketua LPA Riau, Ester Yuliani, di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Jumat.

Fakta tersebut dibenarkan oleh Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Arifin Achmad, dr Dessy Kustiati bahwa bayi M Zikri diantar oleh orang yang mengaku dari Panti Asuhan Tunas Bangsa pada 14 Januari 2017, pukul 22.45 WIB.

Berdasarkan rekam medik, lanjutnya, bayi berusia 18 bulan itu tiba dengan kondisi sangat lemah, anemia, mengalami muntah dan diare, dehidrasi ringan-rendah, serta tidak mau makan.

Meski sudah ditangani oleh dokter spesialis anak dengan berbagai cara, namun nyawa bayi tersebut tidak tertolong lagi dan dinyatakan meninggal dunia pada 15 Januari pukul 04.45 WIB.

Kepala Ruang Perawatan Anak RSUD Arifin Achmad, Yuni Artati menambahkan bahwa bayi tersebut juga mengalami luka lecet pada bibirnya dan perutnya terlihat membesar.

"Ada cacing keluar dari mulutnya, kemungkinan bayi itu cacingan makanya perutnya membesar," kata Yuni Artati.

Ia menambahkan, ada keanehan ketika bayi dinyatakan meninggal dunia, pihak panti asuhan tidak bisa dihubungi untuk proses mengantar jenazah.

Sementara, pihak Kepolisian setempat akan melakukan autopsi terhadap jasad M. Fikri untuk mengungkap penyebab kematian bayi tersebut.

Oleh: Diana Syafni