Berlin/Hermanswerder, Jerman (Antarariau.com)- Kanselir Jerman Angela Merkel Sabtu waktu setempat menyerukan negosiasi pikiran jernih dengan "mitra dekatnya" Inggris menyangkut pemisahan Inggris dari Uni Eropa.
Sebelumnya enam negara pendiri Uni Eropa menyatakan Inggris harus segera keluar dari blok itu setelah rakyat Inggris memilih keluar dari blok beranggotakan 28 negara itu. Namun, Merkel justru menyampaikan nada yang lebih rekonsiliatif.
"Negosiasi mesti ditempuh dengan cara-cara bisnis, iklim yang baik," kata Merkel setelah bertemu dengan partai konservatif asalnya di Hermannswerder, sebelah barat Berlin.
"Inggris akan tetap menjadi mitra dekat dengan mana kita sudah terikat secara ekonomi," kata dia seraya mengatakan Inggris tak perlu terburu-buru memenuhi Pasal 50 Perjanjian Uni Eropa.
"Itu semestinya tidak lama, memang benar, namun saya sekarang tidak ini bertarung untuk jangka waktu pendek," kata Merkel yang pendiriannya berbeda dari para menteri luar negeri Jerman, Prancis, Italia, Belanda, Belgia dan Luxembourg, yang akan bertemu di utara ibu kota Jerman.
Sebaliknya Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz menekan Inggris dengan menyerukan percepatan proses keluar dari Uni Eropad pada KTT Uni Eropa Selasa pekan depan.
"Kami perkirakan pemerintah Inggris menyampaikan sekarang. KTT Selasa nanti adalah momen yang tepat untuk melakukannya," kata Schulz kepada koran Jerman Bild am Sonntag.
Sebaliknya Sekjen PBB Ban Ki-moon yang sudah bertemu dengan Presiden Prancis Francois Hollande di Paris kemarin, menyerukan negosiasi yang pragmatis begitu Pasal 50 itu dipenuhi.
"Pesan saya jelas, ketika kita bekerjasama maka kita akan lebih kuat. Saya harap rakyat Inggris akan mampu mengatasi tantangan-tantangan yang menanti mereka," kata Ban seperti disiarkan media Prancis Journal du Dimanche.
Matthew Elliott, kepala eksekutif kampanye Pilih Leave (tinggalkan Uni Eropa), menyatakan Inggris harus memulai negosiasi informal menyangkut pasca-Brexit dengan Uni Eropa sebelum memenuhi Pasal 50 Perjanjian Lisbon.
Sementara itu Prancis menekan Inggris supaya secepatnya keluar dari Uni Eropa ketika Menteri Luar Negeri Jean-Marc Ayrault menyatakan negosiasi harus secepatnya dilakukan dan bahwa negara-negara anggota Uni Eropa lainnya memerlukan dorongan segar untuk proyek Eropa.
"Kita harus memberikan kesadaran baru untuk Eropa karena kalau tidak populisme akan mengisi kekosongan itu," kata dia seraya menyatakan Uni Eropa tidak bisa menunggu Cameron sampai mundur Oktober nanti sebelum proses keluar dari UE dimulai.
Ayrault meminta Uni Eropa menekan Cameron pada KTT Selasa pekan depan agar segera bertindak.
Menteri Luar Negeri Luxembourg Jean Asselborn berkata kepada Reuters, "Saya yakin Anda bisa menghancurkan Uni Eropa dengan referendum. Kita harus berkomunikasi lebih baik ketimbang yang sudah dilakukan Uni Eropa, dan kita harus bekerja lebih keras menyangkut masalah-masalah semacam migrasi yang gagal kita tangani."
Baik Ayrault maupun Asselborn memperingatkan Inggris untuk tidak bermain-main dalam proses keluar mereka dari Uni Eropa.
"Adalah demi kepentingan Inggris dan kepentingan Eropa untuk tidak melewati masa yang tidak menentu yang menciptakan konsekuensi-konsekuensi keuangan dan itu menciptakan konsekuensi-konsekuensi ekonomi dan politik," kata Asselborn seperti dikutip Reuters.
Berita Lainnya
Presiden Jokowi ditemani Kanselir Jerman buka puasa dengan kurma di Hannover
17 April 2023 12:18 WIB
Kanselir Angela Merkel Jerman ingin bicarakan evakuasi lanjutan dengan Taliban
06 September 2021 10:23 WIB
Diresmikan Presiden RI dan Kanselir Jerman secara virtual, Hannover Messe dimulai
13 April 2021 11:18 WIB
Presiden Joko Widodo-Kanselir Jerman akan resmikan Hannover Messe 2021
12 April 2021 15:09 WIB
Kanselir Jerman Angela Merkel tolak undangan Trump hadiri KTT G7 di Washington
30 May 2020 13:58 WIB
Saking takutnya Virus Corona, Jerman larang pertemuan publik lebih dari 2 orang
23 March 2020 8:48 WIB
Kanselir Jerman dan presiden Prancis desak Putin hentikan konflik di Idlib-Suriah
21 February 2020 12:18 WIB
Presiden Prancis dan Kanselir Jerman sambut baik pertukaran tahanan di Ukraina
30 December 2019 12:03 WIB