Jayapura, (Antarariau.com) - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menduga kuat korban tewas dan luka kekerasan di Enarotali, Kabupaten Paniai pada awal Desember 2014 karena terkena peluru aparat keamanan setempat.
"Kalau di lokasi di lapangan (TKP lapangan Karel Gobai) bisa dipastikan, mereka yang menjadi korban diduga kena peluru. Diduga pelakunya adalah aparat, tapi mungkin butuh pembuktian," kata Pelaksana tugas Kepala Kantor Perwakilan Komnas HAM Papua, Frits Ramandey ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Kamis.
Menurut dia, pernyataan praduga itu pernah dikemukakan pada pertengahan Desember 2014 oleh komisioner Komnas HAM. "Saya pikir, praduga kita pertama sudah diumumkan oleh saya, Pak Nur Otto Abdullah dan Pak manejer Nasution. Dari dugaan kita yah, sudah kita umumkan. Dan sekarang dari dugaan itu, Komnas Jakarta sedang dalami dan diarahkan pembentukan KKP-HAM," katanya.
Lebih lanjut Ramandey menyampaikan kecil kemungkinan peluru yang menembus tubuh korban baik yang tewas atau luka-luka di Lapangan Karel Gobai berasal dari kelompok lainnya. "Karena kalau ada Kelompok Sipil Bersenjata, maka di lokasi yang sama bisa saja ada aparat yang juga jadi korban," katanya.
Dan dari hasil investigasi Komnas HAM Perwakilan Papua yang beranggotakan tiga orang dan sejumlah mitra lokal dari Nabire dan Paniai, serta menjalin kerjasama dengan tim investigasi dari Mabes Polri dan Polda Papua, selain korban kekerasan, pihaknya juga menemukan sejumlah hal. "Kita juga telah melihat memang ada satu dua aparat yang terkena lemparan batu, ada pengrusakan terhadap kendaraan Koramil, lalu Polsek, memang itu ada pengrusakan. Dan itu semua telah kita lihat, ambil catatan dan kita telah bertemu dengan sejumlah pihak, seperti bupati dan muspida setempat," katanya.
"Kita juga bisa masuk melihat kondisi di Koramil dan Polsek yang rusak dan kami dapat data yang cukup baik, serta meminta, mengklarifikasi keterangan/data lapangan dari Koramil, Waka Polres, ancaman kepada bupati, wakil bupati dan kita temui semua pihak terkait guna mengumpulkan keterangan, bukti dan fakta sebanyak mungkin," katanya.
Ketika disinggung apakah tim investigasi Komnas HAM menemukan bukti kuat seperti peluru atau selongsong peluru, Ramandey menyampaikan,"Kalau kami datang itu kan sudah beberapa hari setelah peristiwa. Jadi, TKP itu diduga sudah dibersihkan oleh baik aparat dan juga oleh masyarakat. Namun demikian juga Komnas HAM mendapat beberapa dokumen yang ada, beberapa dokumen foto, memotret peluru dan beberapa nomor seri yang ada didokumen itu," jawabnya.