Washington (ANTARA) - Sekitar 200 personel militer Amerika Serikat akan bergabung dalam pasukan multinasional yang memantau dan membantu implementasi gencatan senjata di Jalur Gaza yang tengah dikepung.
Salah satu pejabat yang tak ingin disebutkan namanya, pada Kamis (9/10) yang memberikan keterangan bahwa tidak ada personel AS yang akan masuk ke wilayah Gaza. Lokasi penempatan pasukan tersebut akan dibahas lebih lanjut pada Jumat.
Baca juga: Israel Setuju Gencatan Senjata, Sinyal Perdamaian Mulai Terlihat di Gaza
Menurut pejabat itu, pasukan AS awalnya akan bertugas mendirikan “pusat kendali bersama” sebelum bergabung dengan pasukan negara lain untuk menghindari potensi konflik dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan membentuk struktur pasukan yang sesuai untuk melaksanakan misi yang ditetapkan.
Komandan Komando Pusat AS (CENTCOM), Laksamana Bradley Cooper, disebut akan “mengawasi, memastikan tidak ada pelanggaran atau penyusupan. Semua pihak khawatir akan tindakan pihak lain,” kata pejabat lainnya.
“Sebagian besar tugas ini akan menjadi pengawasan,” tambah pejabat yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan pasukan AS yang terlibat berjumlah hingga 200 personel yang sudah ditempatkan di CENTCOM.
“Mereka akan bertugas memantau kesepakatan damai di Israel dan akan bekerja sama dengan pasukan internasional lainnya di lapangan,” tulisnya di platform media sosial X.
Salah satu pejabat menyebutkan bahwa AS sedang berunding dengan beberapa pemerintah terkait pembentukan apa yang disebut sebagai “Pasukan Stabilisasi Internasional,” yang akan menggantikan pasukan Israel di Gaza di sepanjang apa yang disebut sebagai “garis kuning.”
Istilah “garis kuning” merujuk pada area yang diperkirakan akan menjadi bagian dari penarikan awal Israel, sebagaimana tercantum dalam rencana Presiden Donald Trump.
“Setelah itu akan ada diskusi dan kemudian kita akan melihat apakah benar-benar ada jalur yang nyata untuk, saya kira kita menggunakan istilah penonaktifan instalasi militer di Gaza dan senjata berat sebagai langkah awal untuk mewujudkannya,” ucap salah satu pejabat.
Baca juga: Indonesia siap bantu bangun kembali Gaza pascagencatan senjata Hamas-Israel
Presiden Trump pada Rabu mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui fase pertama dari rencana gencatan senjata 20 poin yang ia umumkan pada 29 September. Fase pertama mencakup penghentian pertempuran di Gaza, pembebasan seluruh sandera Israel dengan imbalan sekitar 2.000 tahanan Palestina, dan penarikan bertahap pasukan Israel dari seluruh Jalur Gaza.
Sumber: Anadolu