Beijing (ANTARA) - Pemerintah China menyebut akan mendukung semua upaya untuk mengakhiri perang di Gaza, Palestina, termasuk dukungan terhadap usulan Presiden Donald Trump.
"China menyambut baik dan mendukung semua upaya yang kondusif untuk meredakan ketegangan antara Palestina dan Israel dan mendesak pihak-pihak terkait untuk menerapkan resolusi PBB, mewujudkan gencatan senjata penuh di Gaza dan membebaskan semua tahanan serta meringankan krisis kemanusiaan sesegera mungkin," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Selasa.
Baca juga: Dekati Gaza, Armada Global Sumud Flotilla Siap Hadapi Ancaman Berbahaya
Sebelumnya pada Senin (29/9), Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mengumumkan 20 poin rencana damai yang diharapkan dapat mengakhiri perang genosida Israel di Jalur Gaza dan membebaskan seluruh sandera yang ditahan di wilayah kantong Palestina tersebut.
Trump menyatakan bahwa satu-satunya pihak yang belum menyetujui rencananya adalah Hamas, meski belum jelas apakah kelompok itu telah menerima dokumen rencana tersebut sebelum Trump mengumumkan secara resmi.
Dalam rencana itu, Trump mengusulkan pembentukan badan transisi bernama "board of peace" yang akan dipimpin langsung oleh Trump. Tony Blair dan sejumlah pemimpin dunia disebut akan bergabung.
Badan itu akan bekerja sama dengan Bank Dunia dan lembaga internasional lainnya untuk membentuk pemerintahan baru yang terdiri atas warga Palestina dan pakar global, tapi Hamas maupun "kelompok lain" tidak diizinkan terlibat dalam pemerintahan Gaza baik langsung maupun tidak langsung.
"China menganjurkan penegakan prinsip 'Palestina memerintah Palestina' dan menerapkan solusi dua negara," tambah Guo Jiakun.
Namun ia menegaskan China siap bekerja sama dengan seluruh dunia dan melakukan upaya tanpa henti untuk solusi yang komprehensif, adil, dan langgeng bagi masalah Palestina sesegera mungkin.
Baca juga: Konvoi Kemanusiaan Mesir Melaju ke Gaza, Bawa Harapan bagi Warga Terkepung
Rencana Trump juga mencakup transformasi Gaza menjadi "zona bebas teror yang tidak mengancam negara tetangga," sekaligus mendorong pembangunan kembali wilayah tersebut demi warga Gaza.
Jika disepakati kedua pihak, perang akan dihentikan segera, pasukan Israel mundur ke posisi yang disepakati dan operasi militer ditangguhkan hingga syarat penarikan bertahap dipenuhi.
Dalam 72 jam sejak persetujuan Israel, seluruh sandera, hidup maupun meninggal dunia, harus dipulangkan.
Israel juga akan membebaskan 250 napi seumur hidup dan 1.700 tahanan Gaza pasca-serangan 7 Oktober 2023. Untuk setiap jenazah sandera Israel, 15 jenazah warga Gaza akan dikembalikan.
Anggota Hamas yang bersedia hidup damai dan menyerahkan senjata akan diberi amnesti sedangkan yang ingin keluar dari Gaza akan difasilitasi ke negara penerima.
Selain itu bantuan kemanusiaan akan segera dikirim ke Gaza. Bantuan mencakup rehabilitasi infrastruktur, rumah sakit, roti, dan alat berat untuk membersihkan puing-puing, sesuai kesepakatan 19 Januari.
Baca juga: Hamas Akan Bahas Usulan Gencatan Senjata Amerika
Israel telah melancarkan perang genosida hampir dua tahun di Gaza dengan dukungan AS termasuk pasokan senjata tanpa hambatan serta enam kali penggunaan hak veto AS di Dewan Keamanan PBB untuk menggagalkan resolusi gencatan senjata.
Lebih dari 66.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, tewas. Sebagian besar wilayah Gaza kini hancur, kondisi ini memicu pengungsian massal, krisis pangan dan air bersih, serta penyebaran penyakit.