Jakarta (ANTARA) - Pendapatan Terusan Suez, sumber utama mata uang asing bagi Mesir, merosot sekitar 9 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.752) selama dua tahun terakhir karena lingkungan regional yang menantang, kata Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi.
Berbicara di Akademi Militer Mesir di Ibu Kota Administratif Baru Mesir, Jumat (26/9), Sisi mengatakan kerugian tersebut sebenarnya bisa menjadi dorongan positif yang signifikan bagi kemajuan ekonomi Mesir.
Baca juga: Terusan Suez laporkan penurunan jumlah pendapatan akibat krisis Laut Merah
Namun, Sisi meyakinkan bahwa kondisi ekonomi negara membaik secara bertahap meskipun terkena dampak finansial yang besar terkait terusan tersebut.
Dia juga menyerukan pembelajaran dari keberhasilan negara lain dalam menghadapi situasi sulit, yang menurutnya memerlukan kombinasi "tekad kuat, kerja keras, dan kesabaran."
Terusan Suez merupakan jalur air buatan di Mesir yang membentang dari Port Said hingga Suez dan menghubungkan Laut Mediterania dengan Laut Merah.
Pada April 2025, Otoritas Terusan Suez, yang mengelola jalur air tersebut, menyatakan bahwa terusan tersebut menghasilkan pendapatan tahunan sebesar 4 miliar dolar pada 2024, turun dari rekor tertinggi sepanjang sejarah sebesar 10,3 miliar dolar pada 2023.
Sejak November 2023, Laut Merah, salah satu rute perdagangan tersibuk di dunia, telah melaporkan serangan berulang kali terhadap pengiriman komersial.
Serangan-serangan ini dikaitkan dengan kelompok Houthi Yaman, yang menyatakan bahwa operasi mereka bertujuan menekan Israel dan sekutunya sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina di tengah konflik Gaza.
Baca juga: Otoritas terusan Suez catat rekor pendapatan tertinggi sepanjang masa
Serangan-serangan tersebut meningkatkan kekhawatiran akan keamanan pelayaran, sehingga beberapa perusahaan terpaksa mengalihkan rute kapal mereka melalui perairan sekitar Afrika.