Zaporizhzhia, Ukraina (ANTARA) - Situasi di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa kembali memanas setelah tiga drone dilaporkan menghantam pusat pelatihan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia pada Minggu malam (13/7). Serangan ini terjadi hanya beberapa ratus meter dari reaktor pertama, memicu kekhawatiran atas potensi bencana nuklir.
Menurut administrasi PLTN yang dibentuk Rusia, ledakan terjadi sekitar 250 hingga 300 meter dari unit reaktor. Meski tidak menimbulkan kebakaran atau kerusakan besar, otoritas menyatakan penyelidikan sedang dilakukan untuk menilai dampak keseluruhan dari serangan tersebut.
Baca juga: Pakar Peringatkan: Perlombaan Senjata Nuklir AS, Rusia, dan China Kian Memanas
“Keamanan operasional fasilitas tetap terjaga dan seluruh prosedur pencegahan telah diterapkan,” demikian pernyataan resmi administrasi pada Senin (14/7).
Fasilitas pelatihan yang menjadi sasaran memiliki simulator ruang kontrol reaktor berskala penuh, yang vital dalam pelatihan dan sertifikasi teknisi nuklir. Serangan ini menyoroti kerentanan infrastruktur nuklir di zona konflik dan kembali membangkitkan kekhawatiran internasional soal potensi krisis lingkungan.
Baca juga: Iran Bantah Dalih AS soal Serangan ke Fasilitas Nuklir
PLTN Zaporizhzhia, yang terletak di kota Energodar di tepi Sungai Dnieper, terdiri dari enam reaktor berkapasitas masing-masing 1 gigawatt. Lokasi ini telah menjadi titik panas sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 2022.
Hingga kini, belum ada respons langsung dari pihak Ukraina terkait tuduhan tersebut.