Ankara (ANTARA) - Perdana Menteri India Narendra Modi menyerukan pembentukan tatanan dunia baru yang multipolar, inklusif, dan lebih mencerminkan realitas global saat ini. Ia menegaskan pentingnya memberi ruang lebih besar bagi negara-negara berkembang dalam pengambilan keputusan global.
Pernyataan itu disampaikan Modi dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, 6–7 Juli.
“Dunia kini membutuhkan tatanan global yang multipolar dan inklusif,” kata Modi. “Dan perubahan itu harus dimulai dari reformasi menyeluruh terhadap lembaga-lembaga internasional—bukan reformasi simbolis, melainkan yang berdampak nyata.”
Dalam sesi yang membahas perdamaian, keamanan, dan tata kelola global, Modi menyoroti perlunya perubahan struktur kepemimpinan, hak suara, dan sistem pengambilan keputusan di berbagai lembaga dunia seperti Dewan Keamanan PBB, WTO, dan bank pembangunan multilateral.
Menurutnya, negara-negara Global South kerap dipinggirkan dalam arsitektur global saat ini, meskipun mereka memikul beban tantangan besar dan memainkan peran krusial dalam ekonomi dunia.
“Dua pertiga populasi dunia belum mendapat representasi yang layak dalam lembaga-lembaga global yang dibentuk di abad lalu,” ujar Modi. Ia juga mengkritik standar ganda dan janji-janji kosong yang kerap dialamatkan pada negara berkembang, terutama terkait pendanaan iklim, pembangunan berkelanjutan, dan akses teknologi.
Modi menyambut baik ekspansi keanggotaan BRICS, yang menurutnya menunjukkan kemampuan blok tersebut dalam beradaptasi dengan zaman. Ia menegaskan bahwa India memandang pentingnya menempatkan kepentingan kemanusiaan di atas kepentingan sempit negara.
“Di era AI yang berkembang begitu cepat, sangat tidak masuk akal jika lembaga-lembaga global masih berjalan dengan sistem yang sama sejak 80 tahun lalu,” pungkasnya.