Jakarta (ANTARA) - Komite Investigasi Penyebab Insiden Kebakaran di Pelabuhan Shahid Rajaee menyatakan pada Senin (28/4) malam waktu setempat, bahwa mereka telah mengadakan beberapa pertemuan dengan para ahli dari berbagai bidang.
Dari pertemuan tersebut disimpulkan bahwa kegagalan untuk mematuhi prinsip-prinsip keselamatan dan standar pertahanan pasif telah dikonfirmasi kepada anggota komite.
Komite juga mengungkapkan adanya sejumlah ketidaksesuaian dalam beberapa kasus, dan saat ini badan keamanan serta lembaga peradilan tengah berupaya serius untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Penentuan penyebab pasti insiden tersebut memerlukan penyelidikan menyeluruh dari berbagai aspek, yang karena sifat teknisnya, membutuhkan proses laboratorium dan analisis mendalam.
Namun, tanpa membuang waktu, langkah-langkah investigasi terus berjalan, dan hasil akhirnya akan diumumkan kepada publik secepat mungkin, demikian pernyataan komite.
Sebelumnya pada hari yang sama, Menteri Dalam Negeri Eskandar Momeni menyalahkan "kelalaian" sebagai penyebab ledakan besar dan kebakaran hebat tersebut.
Ledakan dahsyat mengguncang Pelabuhan Shahid Rajaee pada 26 April 2025, setelah sebuah truk tangki bahan bakar meledak. Ledakan ini memicu kebakaran besar, yang akhirnya berhasil dipadamkan pada hari Senin.
Pejabat Hormozgan, provinsi tempat pelabuhan tersebut berada, mengatakan bahwa kebakaran di pelabuhan telah berhasil dipadamkan, dan korban tewas akibat ledakan dan kebakaran susulan meningkat menjadi 70 orang.
Mereka juga menyampaikan bahwa operasi pembersihan dan pengangkatan puing-puing diperkirakan akan memakan waktu sekitar 20 hari.
Baca juga: Sumur minyak ilegal di Batanghari meledak, tiga orang terluka
Baca juga: Kebakaran di Cilincing Jakarta akibat ledakan tungku penyulingan tiner
Sumber: IRNA-OANA