Jakarta (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan bahwa dalam pemilihan pesawat untuk maskapai, fokus utama yang diperhatikan bukan pada merek, melainkan pada efisiensi operasional.
Erick dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (2/1) mengatakan bahwa keputusan yang diambil tidak pernah berdasarkan prejudis terhadap merek pesawat tertentu, namun efisiensi menjadi kunci dalam mendukung kinerja maskapai, baik untuk penerbangan domestik maupun internasional.
Menurutnya, efisiensi penggunaan pesawat tersebut dapat memberikan keuntungan bagi maskapai, dengan memperhatikan jarak penerbangan dan jenis pesawat yang digunakan.
"Ya kalau kami melihat kita tidak prejudis antara merek satu dan merek lainnya. Tetapi tentu yang kita bicarakan nomor satu efisiensi dari pada penggunaan jenis-jenis pesawat tersebut untuk tujuannya," kata Erick.
Erick menyampaikan hal itu menanggapi pernyataan awak media mengenai apakah Kementerian BUMN memberikan perhatian khusus untuk pembelian pesawat pada maskapai pelat merah, setelah banyaknya insiden kecelakaan yang terjadi pada tahun 2024. Salah satunya insiden kecelakaan pesawat maskapai asal Korea Selatan pada hari Minggu (20/12/2024) di Bandara internasional Muan, Korea Selatan.
Pesawat yang berangkat dari Bangkok tersebut membawa 175 penumpang dan 6 awak kabin. Dan dari insiden tersebut menyebabkan kurang lebihnya 179 orang tewas, sementara hanya dua orang yang berhasil selamat.
Lebih lanjut, Erick menjelaskan bahwa salah satu langkah yang telah dibahas dalam diskusi dengan pihak Garuda Indonesia adalah untuk mengecilkan jumlah jenis pesawat yang digunakan.
Hal ini dilakukan agar pemeliharaan (maintenance) pesawat bisa lebih efisien, mengingat semakin banyak jenis pesawat, semakin rumit dan mahal biaya pemeliharaan yang diperlukan.
"Karena kan masing-masing ada jarak penerbangan untuk pesawat ini. Nah tetapi yang pasti waktu diskusi [dengan] Garuda salah satunya kita coba mengecilkan jumlah jenis pesawatnya. Supaya maintenance-nya bisa lebih efisien," ucap Erick.
Erick juga menyoroti bahwa di banyak negara, maskapai yang memiliki terlalu banyak jenis pesawat cenderung menghadapi masalah dalam hal efisiensi pemeliharaan.
"Pesawat apa pun kalau kita benchmarking dengan banyak negara. Salah satunya kalau di sebuah maskapai terlalu banyak merek pesawatnya, maintenance-nya lebih tidak efisien," tutur Erick.
Pemilihan pesawat yang terlalu beragam dapat meningkatkan biaya pemeliharaan, yang pada akhirnya berdampak pada kinerja keseluruhan maskapai.
"Nah ini yang memang saya rasa kita coba perbaiki dan kita kembali tidak melihat apa. Tetapi tentu efisiensi di masing-masing maskapai untuk maintenance dan service-nya. Ya adi kita treatment-nya sama saja," imbuh Erick.
Diketahui, PT Garuda Indonesia dan PT Pelita Air milik Pertamina–dua maskapai penerbangan milik BUMN–menargetkan dapat menambah 26 armada pesawat pada tahun 2025.
Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan mengatakan bahwa pihaknya akan menambah 20 armada pesawat di tahun 2025 yang dilakukan secara bertahap.
Sementara itu, Direktur Utama Pelita Air Dendy Kurniawan mengatakan bahwa di tahun ini pihaknya menambah enam armada pesawat sehingga dapat menambah 12 armada yang telah ada.
Baca juga: Erick Thohir: Target timnas Indonesia di ASEAN Cup bisa mencapai semifinal
Baca juga: Erick Thohir beberkan hasil transformasi sepak bola Indonesia ke FIFA