KPID Riau edukasi pelajar Kepulauan Meranti jauhi pembulian di dunia digital

id Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Riau, H Falzan Surahman, di Meranti, saat menjelaskan dampak negatif du

KPID Riau edukasi pelajar Kepulauan Meranti jauhi pembulian di dunia digital

Stop Bullying. ANTARA/Dok. (3)

Pekanbaru (ANTARA) - Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Riau, kini berupaya menggiatkan edukasi diantaranya kepada pelajar MAN I Kabupaten Kepulauan Meranti agar mereka menjauhi pembulian pada dunia digital (cyber bullying) kepada teman-teman mereka.

"Sebab cyber bullying dapat berdampak besar pada gangguan kesehatan mental dan fisik korban, dampak sosial, dampak akademik serta prilaku korban," kata Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Riau, H Falzan Surahman di Meranti, Senin.

Menurut Falzan, dampak pembulian di dunia digital kerugiannya cukup besar karena korban dapat merasa malu, bodoh, kesal, marah, dan takut. Mereka juga dapat mengalami depresi, kecemasan, stres, dan perasaan tidak berdaya.

Karena itu, katanya menyebutkan literasi digital penting untuk kalangan pelajar, agar lebih bijak dalam penggunaan media sosial.

"Pelajar diharapkan mampu memahami dan menggunakan teknologi digital secara efektif serta memahami risiko dunia digital. Gunakan media sosial untuk hal yang positif, tidak untuk membully, menyebar berita hoax dan lain lain," katanya.

Ketika generasi muda cerdas memanfaatkan media sosial selain mendapat nilai ekonomis sekaligus mendapatkan pahala. Karena itu tugas seorang pelajar adalah belajar dan menjadi orang yang lebih berpengetahuan agar bisa berdaya saing secara global.

Kepala MAN I Meranti, Nuryaningsih mengapresiasi kunjungan anggota KPID Riau sekaligus memberikan pembekalan kepada pelajar dalam memanfaatkan dunia digital dengan baik.

Sementara itu Guru SMA Handayani Pekanbaru, Beby mengatakan pihaknya sering membawa pelajar ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan Kota Pekanbaru lebih untuk melihat dan memahami pasien yang terdampak pembuliyan dari dunia digital.

"Dengan berkunjung ke RSJ Tampan Pekanbaru ini, pelajar diingatkan betapa bahaya jika seseorang mendapatkan pembuliyan dari teman teman di kelasnya. Untuk pulih menjadi orang normal sangat susah, jika korban bulli sudah mengalami gangguan kesehatan jiwa berat," katanya.

Dengan melihat ada korban, semoga pelajar bisa memahami pembulian sangat merugikan, secara mental, fisik, jiwa dan emosional. Korban buli dapat kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya disukai. Dampak fisik, korban dapat mengalami sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, kelelahan, dan masalah pencernaan.

Untuk dampak sosial korban dapat menarik diri dari lingkungan pergaulan dan menghindari interaksi sosial, mempengaruhi hubungan mereka dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Dampak akademik Korban dapat mengalami penurunan prestasi akademik karena tidak bisa fokus.

"Parahnya perilaku negatif korban menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan, atau melakukan self harm dan percobaan bunuh diri. Dampak cyberbullying dapat bertahan lama dan membuat korban merasa tidak memiliki jalan keluar atas kejadian tersebut," katanya.

Karena itu katanya lagi, SMA Handayani secara rutin membawa pelajar serca bergantian ke RSJ Tampan ini, agar mereka bisa menjauhi bullying di dunia digital setelah mendadatkan penjelasan dari dokter kejiwaan dan psikolog RSJ Tampan ini.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KPID Riau edukasi pelajar jauhi pembulian di dunia digital