Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (Dirjen PDN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Moga Simatupang berharap momentum Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan hari raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) dapat membuat daya beli masyarakat normal kembali.
Moga menyampaikan terjadinya deflasi selama 5 bulan berturut-turut, salah satunya dipengaruhi oleh kegiatan hari besar keagamaan. Sebelumnya, sempat terjadi inflasi lantaran musim kemarau yang berkepanjangan.
"Karena memang kan event besar sekarang lagi menurun ya, event besar pertama Lebaran. Nah setelah Lebaran kan kita Pemilu, ini kan sudah 5 bulan ya, kita berharap besok Pilkada dan juga Nataru akan normal kembali," ujar Moga di Jakarta, Senin.
Lebih lanjut, Moga mengatakan, daya beli masyarakat yang menurun juga dipengaruhi oleh efek pasar global yang dilanda konflik geopolitik.
Menurutnya, hal ini menyebabkan ekspor di beberapa komoditas yang mengalami penurunan permintaan.
Daya beli masyarakat yang turun, kata Moga, juga disebabkan oleh industri yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Dengan demikian industri ini kan agak berkurang produksinya, dampaknya ada beberapa terjadi PHK atau pengurangan jam kerja sehingga berdampak ke daya beli seperti itu. Untuk itu, kami berharap Pilkada nanti dan juga Nataru akan segera normal kembali," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meyakini deflasi yang telah terjadi selama lima bulan beruntun ini bukan sinyal negatif bagi perekonomian.
Hal itu karena deflasi disebabkan oleh komponen harga bergejolak (volatile food) yang berkaitan dengan komoditas pangan. Dengan deflasi pangan, maka harga bahan makanan di pasar dalam kondisi stabil atau bahkan menurun.
Ia mengatakan belanja masyarakat, utamanya kelompok menengah bawah, didominasi oleh belanja makanan. Artinya, harga pangan di pasar yang menurun justru bisa membantu masyarakat menjangkau bahan-bahan makanan dengan lebih murah.
BPS mencatat perekonomian Indonesia mengalami deflasi 0,12 persen (month-to-month/mtm) pada September 2024. Tren deflasi ini telah berlangsung sejak Mei 2024, dengan rincian deflasi 0,03 persen pada Mei, 0,08 persen pada Juni, 0,18 persen pada Juli, dan 0,03 persen pada Agustus.
Adapun, inflasi tahunan tercatat sebesar 1,84 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 0,74 persen (year-to-date/ytd).
Baca juga: Anggota DPRD Siak termuda keluhkan kampungnya tak ada internet dan air bersih
Baca juga: Kapolsek Peranap gerilya di warkop sosialisasi pilkada damai
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB