Kampar, Riau, (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau melalui Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelola Hutan Suligi Batu Gajah berkolaborasi dengan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) menyerahkan demplot dengan 1.500 bibit Vanili kepada Kelompok Tani Hutan (KTH) Lembah Ulu Kasok, Desa Koto Masjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar.
Kepala UPT PKH Suligi Batu Gajah, Dendy Saputra saat prosesi penyerahan di lokasi demplot seluas 1 hektare di Desa Koto Masjid, Senin mengatakan hal ini dilakukan sebagai percontohan pertama di Kampar dalam usaha meningkatkan perekonomian dan juga menjaga lingkungan.
"Ini dalam rangka menjaga lingkungan dan membuat usaha yang dapat bernilai tambah. Ini juga untuk mengubah pola pikir agar masyarakat Riau tak hanya menanam sawit dan menebang hutan. Diharapkan ini jadi contoh bagi kelompok tani yang ada di Riau," katanya.
Tanaman tersebut dikatakannya bernilai ekonomi tinggi dengan perbandingan 10 ha sawit sebanding dengan 1/2 ha hasil Vanili. Komoditas ini juga ramah lingkungan karena membutuhkan tanaman pelindung di atasnya sehingga tak perlu pembukaan lahan dengan menebang hutan.
Dendy menceritakan hal ini berkenaan dengan komitmen Pemerintah Provinsi Riau untuk memperkuat dukungan terhadap implementasi salah satu kebijakan prioritas Kementerian LHK yaitu pemberdayaan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan hutan agar ekosistem juga terjaga. Maka dari itu diwujudkan dalam bentuk pembuatan demplot tanaman vanili di wilayah kerja KPH Suligi Batu Gajah.
Pembuatan demplot ini lanjutnya dilaksanakan oleh PT Mitratel yang merupakan bentuk peduli dan kontribusinya di bagian Sumatra untuk memulihkan ekosistim dan pemberdayaan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan hutan.
"Kami dari pemerintah sangat menyambut baik dengan dilaksanakannya kegiatan demplot penanaman vanili ini karna dengan adanya demplot ini akan meningkatkan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan hutan. Kegiatan ini juga nantinya sebagai pilot project dan mudah-mudahan akan merubah mindset masyarakat dari tanaman sawit yang dilarang ditanam dalam kawasan hutan," ungkapnya.
Tanaman vanili ini menurutnya sangat butuh naungan jadi dari pada itu dibutuhkan tanaman pohon sebagai naungan peneduh. Sehingga hal ini bisa menggugah kesadaran dari masyarakat akan pentingnya menanam pohon.
Ini juga berkaitan dgn program pemerintah FOLU Net Sink 2030 adalah sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui aksi mitigasi penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan lahan dengan kondisi dimana tingkat serapan sudah lebih tinggi dari tingkat emisi pada tahun 2030. Kebijakan ini lahir sebagai bentuk keseriusan Indonesia dalam rangka mengurangi emisi GRK serta mengendalikan perubahan iklim yang terjadi beserta dampaknya.
Program ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat di sekitar hutan dalam pemanfaatan hasil hutan yang beragam, sehingga sejahtera dengan tetap menjaga kelestarian kawasan. KPH Suligi Batu Gajah selaku fasilitator dengan melakukan pendampingan dan bimbingan teknis yang dibutuhkan masyarakat, bahkan jika perlu sampai pemasaran produk hasil usaha.
Senada dengan hal itu, General Manager Area Office Sumatera PT Mitratel Tbk, Ricky Priksuma Ariseto menyampaikan bahwa pihaknya mendukung ini sebagai bagian dari program pemberdayaan masyarakat dalam menjaga keseimbangan alam tanpa harus menebang hutan.
Ricky juga memperkenalkan bahwa PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk, atau yang lebih dikenal sebagai Mitratel merupakan anak usaha dari Badan Usaha Milik Negara PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, yang fokus pada penyediaan infrastruktur telekomunikasi. Mitratel memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di seluruh Indonesia, khususnya di wilayah terpencil.
Sekretaris Desa Koto Masjid, Ganefer Siddik, turut menyambut baik inisiatif ini karena ternyata tanaman vanili memiliki prospek ekonomi yang sangat menjanjikan. Dia mengaku awalnya tahu vanili hanyalah salah satu bumbu masak, tapi ternyata juga untuk berbagai produk lainnya.
Ketua Kelompok Tani Hutan Lembah Ulu Kasok, Candra Budi, mengungkapkan rasa syukur atas bantuan bibit vanili ini. Ia menyebutkan bahwa kelompoknya yang terdiri dari 16 orang awalnya melakukan penanaman berbagai tanaman seperti kopi, pinang, rambai, dan durian tembaga secara swadaya di lahan berbeda.
Namun, dengan dukungan dari KPH dan Mitratel, mereka kini juga mengembangkan lahan seluas satu hektar khusus untuk vanili. "Kami menerima 1.500 bibit vanili dan akan menanamnya di lahan kelompok tani kami," ungkap Candra.
Salah satu pembinanya, Supariyang didatangkan langsung dari Solok Selatan Sumatera Barat ikut menyampaikan proses budidaya Vanili ini. Sekitar empat bibit vanili ditanam pada batang yang dilapisi sabut kelapa begitu juga di bawahnya.
"Kami memilih sabut kelapa karena ini yang paling bagus untuk Vanili tumbuh. Untuk berbuah butuh waktu dua, barang bisa di'stretching' untuk dijadikan bibit dan buahnya bernilai tinggi Rp450 ribu per kilogram. Bahkan Buah Vanili kering setelah diproses harga jualnya bisa Rp5-6 juta," ucapnya.
Berita Lainnya
Mitratel perkokoh visi ESG usai masuk anggota baru indeks DX ESG Leaders
21 September 2022 11:51 WIB
Desa Koto Masjid wakili Riau dalam lomba desa tingkat nasional
18 July 2023 17:31 WIB
Warga Desa Ridan dan Koto Masjid minta dibangunkan drainase
05 April 2021 18:24 WIB
Permintaan ikan salai Koto Masjid Riau tetap tinggi saat pandemi, begini penjelasannya
16 September 2020 10:09 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB