Teheran (ANTARA) - Tepat sebulan yang lalu, pada dini hari 13 Juni, langit Iran dihujani serangan udara besar-besaran dari Israel. Targetnya bukan sembarangan—situs nuklir, instalasi militer, dan sejumlah titik strategis lain diserang secara mendadak. Serangan itu menewaskan sejumlah komandan senior, ilmuwan nuklir, dan warga sipil, serta memicu perang singkat selama 12 hari yang mengguncang kawasan.
Kini, meski dentuman senjata telah mereda, bayang-bayang perang belum sepenuhnya pergi. Para pakar dan tokoh politik Iran menilai kemungkinan Israel melancarkan serangan lanjutan dalam waktu dekat memang kecil, tetapi Iran tetap tak boleh lengah. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan mutlak diperlukan.
Baca juga: Iran dan UEA Satukan Suara: Keamanan Asia Barat Butuh Partisipasi Kolektif
Ali Larijani, penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, dalam wawancara televisi baru-baru ini menegaskan bahwa serangan berikutnya bisa saja terjadi sewaktu-waktu. “Kita harus selalu siap,” katanya dengan nada serius.
Senada dengan Larijani, pakar isu Asia Barat sekaligus Sekjen Partai Hijau Iran, Hossein Kanani Moghaddam, memperingatkan agar tidak terlena oleh situasi yang tampak tenang. Dalam wawancara dengan ILNA, ia menegaskan bahwa perang modern yang dihadapi Iran adalah perang hibrida: kombinasi antara serangan militer langsung, serangan siber, tekanan ekonomi, hingga sanksi dan operasi intelijen oleh Israel, Amerika Serikat, dan sekutu NATO.
Karena itu, menurutnya, Iran harus memperkuat pertahanan pasif dan memperbarui seluruh perangkat keamanan dan intelijen negara. Ia bahkan mengusulkan pembentukan lembaga intelijen independen khusus untuk menghadapi ancaman dari Israel.
Baca juga: Perkuat Aliansi, Menlu China dan Rusia Bahas Masa Depan Nuklir Iran
Sementara itu, pakar hubungan internasional Ali-Asghar Zargar menekankan pentingnya penguatan sistem pertahanan udara dan militer seiring berjalannya gencatan senjata yang rapuh. Pandangan serupa juga diungkapkan oleh mantan Menteri Luar Negeri Iran sekaligus anggota parlemen, Manouchehr Mottaki, yang menegaskan bahwa seluruh komponen pertahanan negara, khususnya militer, harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan.
Peringatan paling tegas datang dari militer. Dalam pernyataannya kepada media resmi Defa Press, Juru Bicara Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Abolfazl Shekarchi, menyatakan bahwa jika Israel melanggar gencatan senjata, respons Iran akan “tegas, menghancurkan, dan membuat penyesalan yang mendalam.” Ia menambahkan bahwa angkatan bersenjata Iran kini berada dalam kesiapan tempur tingkat tinggi.
Situasi saat ini mungkin tampak tenang di permukaan, tetapi di baliknya Iran sedang membangun dinding pertahanan berlapis. Serangan bisa saja tak terelakkan. Yang pasti, jika itu terjadi lagi, Teheran telah bersumpah untuk membalas dengan kekuatan yang jauh lebih besar.