Istanbul (ANTARA) - Jumlah korban jiwa akibat agresi brutal Israel di Jalur Gaza terus meningkat tajam. Hingga Selasa (1/7), Kementerian Kesehatan Palestina mencatat sedikitnya 56.647 warga Palestina telah meninggal dunia sejak invasi dimulai pada Oktober 2023. Dalam 24 jam terakhir saja, 116 jenazah kembali dievakuasi dari puing-puing bangunan dan jalanan, dengan 463 orang lainnya luka-luka.
Total korban luka kini mencapai 134.105 orang, di tengah keterbatasan bantuan medis dan krisis kemanusiaan yang makin memburuk. “Banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan tidak bisa diselamatkan karena tim penyelamat tak mampu menjangkau lokasi,” ungkap Kementerian tersebut.
Baca juga: PBB Prihatin, Perintah Pengungsian Baru di Gaza Picu Kekhawatiran Internasional
Israel kembali melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza sejak 18 Maret, meski sebelumnya telah disepakati gencatan senjata dan pertukaran tahanan pada Januari. Serangan terbaru itu menewaskan 6.315 orang dan melukai lebih dari 22.000 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.
Di tengah kecaman internasional, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada November lalu telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Baca juga: Qatar Jadi Jembatan Perdamaian, Dorong Kesepakatan Nuklir Iran
Tak hanya itu, Israel kini juga dihadapkan pada gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), menandai tekanan hukum dan moral global terhadap agresi militer mereka yang disebut-sebut sebagai salah satu tragedi kemanusiaan terburuk abad ini.