Negara, (Antarariau) - Pemkab Jembrana, Bali, mengantisipasi eksodus PSK dari Dolly, saat lokalisasi di Surabaya, Jawa Timur tersebut ditutup.
"Antisipasi tentu kami lakukan, khususnya di tempat-tempat hiburan malam yang ada disini. Kami akan tingkatkan operasi kependudukan," kata Kepala Kantor Satpol PP Jembrana, I Gusti Ngurah Rai Budi, di Negara, Kamis.
Menurutnya, saat Dolly ditutup, bisa saja PSK yang ada disana eksodus ke daerah lain, termasuk Kabupaten Jembrana karena jaraknya relatif dekat.
Peningkatan operasi kependudukan, menurutnya, akan dilakukan di tempat hiburan malam, kos-kosan, hingga penginapan, serta tempat lain yang terindikasi ada kegiatan prostitusi.
"Kami juga akan minta kepala dusun untuk mendata seluruh penduduk baru yang datang, dan mewajibkan mereka memegang Surat Keterangan Tinggal Sementara atau SKTS," ujarnya.
Tindakan yang akan dilakukan terhadap pendatang yang melanggar, adalah dengan mengembalikan mereka ke daerah asal.
Kekhawatiran terhadap eksodus penghuni Dolly, juga disampaikan aktivis LSM Forkot Jembrana, Nur Hariri, yang mengatakan, hal ini potensial memicu penularan HIV/AIDS.
Agar mereka tidak menyebar di Jembrana, ia minta, institusi terkait segera melakukan operasi-operasi, di wilayah yang rawan menjadi persinggahan PSK.
"Antisipasi dengan melakukan operasi sejak dini harus dilakukan, agar tempat-tempat prostitusi di Jembrana tidak bisa berkembang. Kalau dibiarkan, sehingga berkembang menjadi besar, lebih sulit menertibkannya," katanya.
Ia mengakui, menghilangkan penyakit masyarakat tersebut sangat sulit, namun dengan tindakan yang tegas, bisa meminimalisirnya, sehingga tidak menyebar lebih jauh.