Pekanbaru (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Riau optimistis bisa mencapai prevalensi stunting sebesar 1 digit pada tahun 2025 karena berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 prevalensi stunting Riau sebesar 13,6 persen.
"Cakupan prevalensi stunting Riau 13,6 persen itu, tercatat lebih rendah dibanding nasional 21,5 persen dan Provinsi Riau menempati urutan ketiga terendah setelah Provinsi Jambi dan Bali," kata Penjabat Gubernur Riau SF. Hariyanto di Pekanbaru, Rabu.
Namun, menurut SF Hariyanto, ada dua daerah di Riau yang justru capaian prevalensi stuntingnya satu digit yaitu Kabupaten Kampar sebesar 7,6 persen dan Kota Pekanbaru sebesar 8,6 persen.
Karena itu, kata Pj Gubernur Riau mengaku realistis jika target prevalensi Provinsi Riau berada di angka satu digit pada 2025 mendatang.
"Jika prevalensi stunting Provinsi Riau berada di angka satu digit maka fokus utama bukan lagi tentang menurunkan stunting tetapi menjalankan upaya-upaya pencegahan stunting," katanya.
Ia menekankan perlu edukasi pra nikah kepada calon pengantin dan ibu-ibu hamil mendapatkan susu gratis, vitamin K dan tablet tambah darah. Selain itu
penting kerja sama antarinstansi menangani stunting di Riau. Upaya preventif lain yakni penguatan sistem kesehatan dan gizi masyarakat.
"Stunting merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian serius dari seluruh komponen masyarakat. Perlu kerja sama yang kuat antara unsur pemerintah, swasta dan sektor kesehatan," katanya.
Untuk mendukung upaya Pemerintah Provinsi Riau meraih prevalensi stunting 1 digit pada 2025 itu juga digelar penilaian kinerja pemerintah kabupaten dan kota dalam pelaksanaan aksi konvergensi percepatan penurunan prevalensi stunting 2024.