Hamas Siap Letakkan Senjata, Buka Jalan bagi Gencatan Senjata Bersejarah

id Gaza, Palestina

Hamas Siap Letakkan Senjata, Buka Jalan bagi Gencatan Senjata Bersejarah

Arsip - Anggota pasukan Brigade Al Qassam, sayap militer kelompok perlawanan Palestina, Hamas. (ANTARA/Anadolu/as/am.)

Moskow (ANTARA) - Gerakan Palestina Hamas telah menyatakan kesiapannya untuk meletakkan senjata sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata dengan Israel, dengan AS menyetujui format pelucutan senjata tersebut, lapor surat kabar inter-Arab Asharq Al-Awsat.

Menurut surat kabar tersebut yang mengutip seorang mediator AS dalam perundingan dengan Hamas, Bishara Bahbah, kelompok perlawanan itu telah berjanji "untuk tidak mengembangkan senjata apa pun di Jalur Gaza dan tidak menyelundupkan senjata ke Jalur Gaza."

Baca juga: Hamas Bantah Keras Tuduhan Netanyahu Soal Serangan ke Pasukan Israel

Bahbah juga mengatakan bahwa terlepas dari "poin-poin penting" itu, Israel bersikeras untuk menghilangkan semua terowongan bawah tanah Hamas sebagai bagian dari proses pelucutan senjata, yang menurutnya secara signifikan memperlambat proses rekonstruksi Gaza, dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diimplementasikan.

Selain itu, Israel “secara besar-besaran dan sengaja menunda pelaksanaan tahap kedua perjanjian gencatan senjata” dalam rencana penyelesaian yang digagas Trump. Namun, Amerika Serikat “tidak akan membiarkan perjanjian itu gagal, sekeras apa pun upaya Israel untuk meyakinkannya sebaliknya,” tambah Bahbah.

Bahbah pernah memimpin sekelompok warga Arab Amerika yang mendukung Presiden AS Donald Trump selama kampanye pemilu 2024.

Sebelumnya, ia dilaporkan membangun saluran komunikasi tidak resmi dengan Hamas yang memungkinkan AS mengamankan pembebasan tentara Israel yang ditangkap, Edan Alexander, yang juga merupakan warga negara AS, dari Jalur Gaza. Komunikasi tersebut kemudian berkembang menjadi proses negosiasi di ibu kota Qatar, Doha.

Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada 10 Oktober.

Pada 13 Oktober, Trump, Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menandatangani deklarasi gencatan senjata Gaza.

Baca juga: Israel Cabut Status Darurat di Selatan, Menandai Era Baru Pasca Serangan Hamas 2023

Kesepakatan tersebut menuntut Hamas membebaskan 20 sandera yang masih hidup yang telah ditahan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 1.718 tahanan Palestina dari Gaza dan 250 tahanan Palestina yang menjalani hukuman penjara yang panjang.

Sebelumnya, pada 29 September, Trump meluncurkan rencana 20 poin untuk mengakhiri konflik Gaza, yang menetapkan bahwa Hamas dan faksi-faksi lain harus melepaskan keterlibatan mereka dalam pemerintahan Gaza, yang akan dipercayakan kepada "komite Palestina yang teknokratis dan apolitis" dengan diawasi oleh dewan internasional pimpinan Trump.

Pada 15 Oktober, Wall Street Journal melaporkan bahwa Hamas dan Israel mulai membahas fase kedua perjanjian gencatan senjata Trump, termasuk pelucutan senjata Hamas, pemerintahan pascaperang Jalur Gaza, dan pengerahan pasukan stabilisasi internasional di Jalur Gaza.

Sumber: Sputnik

Pewarta :
Editor: Vienty Kumala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.