Jakarta (ANTARA) - Aktivitas masyarakat di sepanjang jalan menuju Terminal Pasar Minggu siang itu tampak ramai. Kanan dan kiri jalan penuh sesak ditempati pedagang berjualan serta warga yang berlalu lalang.
Jalan dengan lebar lebih dari 10 meter itu penuh dengan tenda-tenda pelapak atau para pedagang yang menjajakan aneka ragam dagangan mulai dari sayuran, aneka rempah, daging, ayam potong, buah-buahan, semua tersusun di lapak-lapak yang berjajar di kanan kiri jalan.
Jalan yang penuh pedagang tersebut adalah Jalan Terminal Baru. Jalan tersebut menghubungkan Terminal Pasar Minggu dengan Jalan Raya Ragunan. Kendaraan yang melintasi kawasan ini harus berjalan perlahan.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan sentra Lokasi Binaan Pasar Minggu, meski dalam satu Kawasan. Suasana di Lokasi Binaan Pasar Minggu sepi, tanpa lalu lalang warga dan hiruk pikuk perdagangan seperti di Jalan Terminal Baru.
Sejumlah pedagang yang masih bertahan di Lokasi Binaan Pasar Minggu saat ditemui mengatakan bahwa dalam beberapa jam setelah membuka lapak, mereka hanya melayani sejumlah pelanggan saja.
“Kondisinya memang seperti ini, sepi. Berbeda jauh dengan yang dahulu. Dahulu di sini (Lokasi Binaan khusus sayuran) ramai, pedagang juga penuh,” kata Wati, seorang pedagang ayam potong.
Pedagang ayam potong itu menceritakan pengalamannya selama berjualan di Pasar Minggu. Pada tahun 1995 ia memulai berjualan ayam potong secara mandiri setelah tiga tahun bekerja kepada orang.
Pada tahun tersebut suasana di Pasar Minggu memang jauh berbeda dengan saat ini. Lebih dari 30 tahun ia berjualan di kawasan Pasar Minggu, mulai di dalam pasar, emperan, dan jalanan pernah dirasakannya. Da paham lika-liku yang dirasakan oleh pedagang.
Sebelum dibangun Lokasi Binaan Pasar Minggu oleh Pemprov DKI Jakarta, pedagang berjualan di lapak-lapak yang ada di lokasi yang sama dan jumlahnya lebih dari seratusan.
Pada sekitar tahun 2014 lapak dibongkar, dibangunlah Lokasi Binaan Pasar Minggu. Bangunan dibagi menjadi tiga bagian yaitu Blok A dikhususkan untuk pedagang buah-buahan, Blok B untuk pedagang sayuran, dan Blok C untuk kuliner.
Lokasi Binaan Pasar Minggu
Lokasi Binaan Pasar Minggu merupakan tempat yang dibangun oleh Pemerintah DKI Jakarta untuk menampung para pedagang kaki lima (PKL) di sekitar jalan akses masuk Terminal dan Pasar Tradisional Pasar Minggu. Tempat ini resmi beroperasi pada tahun 2017 silam.
Data dari Suku Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (PPKUKM) Jakarta Selatan, menyebutkan bahwa Lokasi Binaan Pasar Minggu memiliki kapasitas sebanyak 327 kios yang tersebar di tiga blok.
Pada tahun pertama beroperasi, dari jumlah kios tersebut rerata terisi oleh PKL yang memang direlokasi ke lokasi tersebut. Tingkat keterisian mencapai 70 persen dan itu berlangsung cukup lama.
Setahun kemudian para pedagang sudah mulai meninggalkan kios dan memilih menjajakan dagangannya di jalan dengan membuka lapak. Alasannya masih sama, yaitu tidak laku. Selanjutnya, Pemprov DKI Jakarta menertibkan mereka dan meminta untuk kembali menempati kios yang telah disediakan.
Dua tahun berselang tepatnya saat wabah COVID-19 datang pedagang yang menempati kios berkurang drastis hanya tinggal 25 persen dari kapasitas ada. Kondisi itu membaik pasca-pandemi COVID-19 dengan tingkat keterisian kios mencapai lebih 50 persen.
Namun, akhir-akhir ini, menurut Kepala Suku Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM) DKI Jakarta , Parulian Tampubolon, pedagang yang menempati kios di Lokasi Binaan Pasar Minggu kembali turun dan tinggal 30 persen karena berbagai faktor, di antaranya persaingan dengan PKL, lokasi kurang strategis, serta adanya tumpukan sampah di depan lokasi tersebut.
Kondisi itu dirasakan oleh pedagang yang masih setia menempati Lokasi Binaan Pasar Minggu, Cut Nurin. Menurut dia, kehadiran kembali PKL di Jalan Terminal Baru dan sekitarnya menjadikan pedagang yang berada di dalam kembali merana.
PKL yang ada rerata juga merupakan pedagang yang menempati Lokasi Binaan Pasar Minggu. Namun, karena sepi pembeli mereka kembali lagi menyesaki bahu jalan demi berjualan dan mendapatkan keuntungan.
Upaya pemerintah
Kondisi Lokasi Binaan Pasar Minggu yang mati suri, membuat Pemerintah Kota Jakarta Selatan, mencoba mengurai persoalan yang ada baik permasalahan sampah, kehadiran PKL, maupun lokasi yang tidak strategis.
Upaya pemerintah untuk menjadikan Lokasi Binaan Pasar Minggu kembali produktif mulai dilakukan dengan berbagai langkah. Pertama, membersihkan sampah di depan lokasi. Karena, sampah selain menimbulkan bau juga menjadi pemandangan yang tidak sedap dipandang mata.
Pembersihan sampah sudah diupayakan pemerintah melalui Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Selatan, dengan menambahkan armada pengangkut sampah.
Sampah yang dihasilkan dari kawasan Pasar Minggu per hari mencapai 30-40 ton dan diangkut paling lambat pada pukul 09.30 WIB. Setelah itu tidak boleh lagi ada warga maupun pedagang yang membuang sampah.
Sebelum ada upaya itu, warga membuang sampah kapan saja di tempat pembuangan sampah (TPS) terbuka yang berada di depan Lokasi Binaan. Kondisi tersebut menimbulkan bau tidak sedap yang menyengat ketika memasuki kawasan Lokasi Binaan Pasar Minggu.
Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Selatan, Mohamad Amin, mengatakan bahwa saat ini sampai seterusnya tidak lagi diperbolehkan warga membuang sampah melebihi dari jam 09.30 WIB, karena akan menumpuk dan membuat kumuh.
Suku Dinas Lingkungan Hidup menerapkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 tahun 2013 tentang Larangan Membuang Sampah Sembarangan. Warga yang kedapatan membuang sampah dikenakan sanksi denda paling tinggi Rp500 ribu.
Pada hari pertama uji coba penerapan perda, hanya dua jam petugas sudah menegur lebih dari 50 orang dan mereka bukan hanya warga dari sekitar lokasi, namun ada beberapa yang dari luar kecamatan juga membuang sampah di TPS di atas jam 09.30 WIB. Warga yang kedapatan membuang sampah kemudian diberi teguran dan didata.
Penanganan sampah saat ini merupakan upaya jangka pendek. Nantinya, Suku Dinas PPKUKM merencanakan untuk membangun TPS berkonsep kurangi, pakai, dan daur ulang (reduce, reuse, recycle) atau TPS3R.
Selain itu, penataan PKL yang berada di sepanjang jalur masuk. Sepinya Lokasi Binaan Pasar Minggu tidak lepas dari banyaknya PKL yang berjualan di sepanjang jalan sehingga tempat yang sudah dibangun ditinggalkan.
Kawasan Pasar Minggu perlu juga ditata lebih lanjut agar barang dagangan para pedagang laku. Sebab, persaingan saat ini bukan hanya antar- PKL tapi juga dengan para pedagang yang menjajakan dagangannya di lingkungan sekitar. Langkah tepat guna menjadikan Lokasi Binaan Pasar Minggu kembali produktif, tentu sangat ditunggu para pedagang.
Baca juga: Nilai Transaksi Pasar Ternak Kuansing Mencapai Rp1,6 Miliar Per Minggu
Berita Lainnya
BPS catat harga gabah dan beras pada November mengalami penurunan
02 December 2024 16:27 WIB
BPBD catat ketinggian banjir rob sempat 40 centimeter pada Senin pagi
02 December 2024 16:18 WIB
BRK Syariah sabet penghargaan sebagai pionir digitalisasi pemerintah daerah
02 December 2024 16:15 WIB
Airlangga sebut inflasi dan pertumbuhan ekonomi landasan UMP 6,5 persen
02 December 2024 14:14 WIB
Pasukan Israel tak berhenti serang Lebanon selatan meski ada gencatan senjata
02 December 2024 13:34 WIB
Dietisien: Tempe merupakan produk nabati yang baik untuk jantung
02 December 2024 13:23 WIB
Kemenag tunggu undangan DPR soal pembahasan biaya penyelenggaraan haji
02 December 2024 12:47 WIB
Badan Gizi Nasional tinjau dapur penyedia makan bergizi di lanud
02 December 2024 12:34 WIB