Ekonomi Riau tumbuh solid sebesar 4,02 persen di tengah gempuran ketidakpastian perekonomian global

id ekonomi, riau, tumbuh

Ekonomi Riau tumbuh solid sebesar 4,02 persen di tengah gempuran ketidakpastian perekonomian global

Ekonomi Riau tumbuh solid sebesar 4,02%, di tengah gempuran ketidakpastian perekonomian global kata Sudiro Pambudi selaku Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Riau pada acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) yang digelar di kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, di Pekanbaru, Rabu (29/11/2023). (ho)

Pekanbaru (ANTARA) - Bank Indonesia menilai pertumbuhan ekonomi Riau tetap solid sebesar 4,02 persen pada triwulan III tahun 2023 di tengah gempuran ketidakpastian perekonomian global dan inflasi dunia yang bergejolak, padahal wilayah itu mengandalkan ekspor sebagai salah satu peraih pundi pendapatan.

"Sinergi dan kolaborasi menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi pada 2023. Komitmen yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah bersama berbagai pihak terkait, mampu mendorong peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Riau,"kata Sudiro Pambudi selaku Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Riau pada acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) yang digelar di kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau,di Pekanbaru, Rabu malam.

Pertumbuhan yang solid pada triwulan III 2023 terutama didorong oleh permintaan domestik yang tetap kuat, utamanya bersumber dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi.

Kata Sudiro, inflasi Riau tetap rendah dan terkendali sesuai sasarannya. Dari sisi inflasi, hingga Oktober 2023 inflasi Riau berada pada level yang cukup terkendali yaitu 2,65% (yoy), jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar 6,81 persen (yoy). Diperkirakan inflasi Riau akan terus terkendali hingga akhir 2023 dan berada pada kisaran yang diharapkan yaitu 3±1%.

Terkendalinya inflasi Riau tidak terlepas dari sinergi dan upaya yang dilakukan oleh TPID, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Di antaranya melalui pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Riau, yang mengusung 7 Program Unggulan, yaitu Intensifikasi dan Perluasan Titik Pasar Murah, Peluncuran aplikasi informasi harga pangan yaitu KODAI PUANTIPA (Komunikasi dan Informasi Pasar Pantauan Barang Penting dan Harga Pangan), Inovasi Gerakan Tanam, Diversifikasi Pangan, Pemberian Bantuan Alat Pertanian, Perluasan Kerja sama Antar Daerah (KAD), dan Penguatan Koordinasi dan Komunikasi.

Sinergi juga terwujud dalam upaya pemerataan ekonomi melalui program pengembangan UMKM dan digitalisasi perekonomian. Bank Indonesia melakukan sinergi dengan berbagai pihak terkait dalam mengakselerasi pengembangan UMKM, melalui 3 strategi, Akselerasi Ekspor UMKM melalui promosi perdagangan dan business matching, UMKM Go Digital melalui implementasi pembayaran digital, aplikasi pencatatan keuangan SIAPIK, dan onboarding UMKM, Pengembangan Klaster Pangan Strategis melalui digital farming dan hilirisasi.

Perekonomian didukung oleh sistem pembayaran yang semakin efisien, cepat dan handal. Bank Indonesia terus berupaya berinovasi dan bersinergi untuk menciptakan sistem elektronifikasi pembayaran yang terintegrasi dalam mewujudkan ekonomi yang inklusif. Pada periode Jan-September 2023, jumlah transaksi menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di Riau telah mencapai sekitar 15 juta transaksi, didorong oleh sekitar 730 ribu masyarakat pengguna aktif dengan jumlah merchant mencapai sekitar 600 ribu.

Kontribusi Pemerintah Daerah melalui Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) semakin memperkuat elektronifikasi melalui penguatan kanal pembayaran digital, khususnya pada penerimaan retribusi dan pajak daerah.

Pada tahun 2023, TP2DD di Provinsi Riau berhasil meraih prestasi sebagai TP2DD Provinsi Terbaik Se-Sumatera dan TP2DD Kabupaten Kampar sebagai TP2DD Kota Terbaik Se-Sumatera.Ke depan, terdapat beberapa tantangan yang berpotensi memengaruhi stabilitas ekonomi Riau. Tantangan pertama yaitu masih tingginya tensi geopolitik di beberapa negara yang berdampak kepada kondisi global yang terfragmentasi dan cenderung mengarah pada tren deglobalisasi.

Efek yang terjadi adalah penurunan volume perdagangan global dan laju pertumbuhan ekonomi dunia yang berpotensi menahan kinerja ekspor Riau pada periode mendatang. Tantangan kedua adalah perubahan iklim global. Curah hujan rendah akibat fenomena El Nino telah kita alami dalam beberapa bulan terakhir di 2023, sehingga dapat memengaruhi produksi berbagai komoditas termasuk kelapa sawit.

Dengan memerhatikan berbagai perkembangan terkini baik dari faktor domestik maupun eksternal, serta respons kebijakan yang forward-looking, ekonomi Riau pada tahun 2024 diperkirakan tetap tumbuh tinggi dalam kisaran 4,0 - 4,8%.

Dari sisi permintaan, konsumsi domestik Riau akan terdampak positif dari penyelenggaraan pesta demokrasi tahun 2024. Sementara, kinerja ekspor diperkirakan terdorong oleh permintaan produk olahan sawit dari pasar nontradisional seperti Afrika dan Timur-Tengah. Dari sisi sektoral, investasi pabrik paperboard, berlanjutnya eksplorasi sumur minyak blok Rokan, dan pembangunan jalan tol akan mendorong kinerja sektor industri, pertambangan, dan konstruksi.

Sementara dari sisi kestabilan harga, ekspektasi masyarakat yang terjaga melalui komunikasi efektif dan peran TPID akan menjaga inflasi Riau tetap rendah dan stabil. Inflasi Riau tahun depan diperkirakan akan dapat mencapai target 2,5±1%, sesuai dengan target inflasi nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Untuk mewujudkan hal tersebut, sinergi TPID akan terus diperkuat dalam upaya menjaga ketersediaan pasokan pangan melalui berbagai program, seperti operasi pasar murah, intensifikasi dan ekstensifikasi Kerjasama Antar Daerah (KAD).