Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau kepada seluruh pihak untuk melakukan penghematan penggunaan air seiring dengan sebagian wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau.
"Pada semua pihak dimohon untuk melakukan penghematan penggunaan air, kalau masih ada hujan turun di beberapa wilayah mohon segera dipanen, beberapa kelompok di daerah yang sudah melakukan panen hujan mohon terus dilakukan," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers perkembangan El Nino yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Ia mengemukakan berdasarkan analisis BMKG sebesar 28 persen atau 194 zona musim wilayah Indonesia saat ini sudah memasuki musim kemarau, termasuk DKI Jakarta.
Ia memaparkan wilayah tersebut meliputi Aceh bagian timur, Sumatera Utara bagian timur, Riau bagian timur, Bengkulu bagian selatan, Lampung bagian selatan, Banten bagian utara, DKI Jakarta, Jawa Barat bagian utara.
Kemudian, sebagian Jawa Tengah, sebagian Jawa Timur, sebagian Bali, NTB, dan NTT, sebagian Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Kepulauan Maluku, dan sebagian Maluku Utara.
"Belum seluruhnya memasuki musim kemarau, namun segera nanti di bulan Juli, Agustus, September, itu akan semakin bertambah wilayahnya," tuturnya.
Dwikorita menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi wilayah Indonesia mengalami kemarau yang akhirnya berdampak pada kekeringan, yakni adanya dua fenomena iklim yang terjadi secara bersamaan, yaitu El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif.
"Dampak dari kedua fenomena tersebut, makin berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia, bahkan sebagian wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan akan lebih kering di bawah normalnya," tuturnya.
Ia mengemukakan El Nino dikontrol oleh suhu muka air laut di wilayah samudra Pasifik, sedangkan IOD dikontrol oleh suhu muka air laut di wilayah Samudera Hindia.
"Dua fenomena itu pernah terjadi bersamaan pada tahun 2019. Keduanya pada saat ini mengarah pada kondisi yang mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi lebih kering, jadi keduanya saling menguatkan kondisi tersebut," katanya.
Dwikorita memprediksi dampak yang sama seperti pada 2019, itu bakal terjadi mulai semester kedua 2023.
"Maka seluruh pihak mohon lebih gencar melakukan langkah antisipasi pada daerah-daerah yang diprediksi akan mengalami kondisi kering atau curah hujan dengan kategori rendah yang dapat memicu kekeringan dan karhutla ataupun dampak lanjutnya," kata Dwikorita.
Baca juga: Ramai-ramai cegah karhutla di Riau
Baca juga: Musim kemarau diperkirakan tiba, Meranti akan tetapkan status siaga karhutla
Berita Lainnya
Lemkapi minta seluruh kapolda bantu Kementan untuk capai swasembada pangan
27 April 2024 16:32 WIB
Nicholas Saputra mengaku belajar banyak dari serial "Secret Ingredient"
27 April 2024 16:03 WIB
LPAI serukan pemerintah blokir gim daring yang mengandung unsur kekerasan
27 April 2024 15:50 WIB
Ganda putri Lanny/Ribka gandakan keunggulan Indonesia atas Hong Kong
27 April 2024 15:40 WIB
Oppo A60 hadir dengan Snapdragon 680 dan kamera utama 50 MP
27 April 2024 15:33 WIB
Tim SAR perluas pencarian penumpang yang jatuh dari KMP Reinna
27 April 2024 15:27 WIB
Anies Baswedan hormati langkah PKB dan NasDem gabung koalisi Prabowo-Gibran
27 April 2024 15:14 WIB
Houthi akui anggotanya serang kapal tanker Inggris dan tembak jatuh drone AS
27 April 2024 15:07 WIB