Harga minyak naik di awal sesi Asia didorong penurunan stok AS, data China

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, minyak

Harga minyak naik di awal sesi Asia didorong penurunan stok AS, data China

Ilustrasi - Kenaikan harga minyak Barel. (ANTARA/Shutterstock/pri.)

Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada Rabu pagi, didorong persediaan minyak mentah AS yang turun dan data ekonomi China yang kuat, menandakan penguatan permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka Brent naik 7 sen menjadi diperdagangkan di 84,84 dolar AS per barel pada pukul 00.20 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 3 sen menjadi diperdagangkan di 80,89 dolar AS per barel.

Menahan harga tidak bergerak naik lebih jauh adalah kekhawatiran bahwa potensi kenaikan suku bunga AS dapat mengurangi pertumbuhan di negara konsumen minyak terbesar tersebut.

Federal Reserve AS kemungkinan memiliki satu lagi kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi, kata Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic.

Harga mendapat dorongan dari laporan industri yang menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS turun sekitar 2,68 juta barel dalam pekan yang berakhir 14 April, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (18/4/2023).

Persediaan bensin AS juga turun sekitar 1,02 juta barel, sementara stok sulingan turun sekitar 1,9 juta barel, menurut sumber yang berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang berbicara kepada media.

Laporan persediaan resmi oleh Badan Informasi Energi, bagian statistik dari Departemen Energi AS, dijadwalkan pada Rabu pukul 14.30 GMT.

Sementara itu, ekonomi importir minyak mentah utama China tumbuh 4,5 persen lebih cepat dari perkiraan pada kuartal pertama, sementara throughput (tingkat pengolahan) kilang-kilang minyak negara itu naik ke level rekor pada Maret, data menunjukkan.

Baca juga: Harga minyak naik tipis di awal sesi Asia didukung rencana pemotongan OPEC+

Baca juga: Harga minyak naik di awal sesi Asia didorong prospek pasokan lebih ketat