Jakarta (ANTARA) - Kantor Penelitian Makroekonomi ASEAN+3 (The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office/AMRO) memperkirakan ASEAN+3 (ASEAN+China, Jepang, dan Korea Selatan) akan tumbuh 4,6 persen pada 2023, yang dipimpin oleh rebound (kebangkitan kembali) perekonomian China.
Sementara untuk tahun 2024, perekonomian kawasan ini diproyeksikan sedikit menurun menjadi 4,5 persen, dengan kemungkinan pertumbuhan ekonomi ASEAN sebesar 4,9 persen pada tahun ini dan 5,2 persen pada tahun depan.
"Dorongan pariwisata dan perdagangan intraregional dari pemulihan ekonomi China akan membantu mengurangi permintaan eksternal yang melemah dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa,” kata Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor dalam konferensi pers ASEAN+3 Regional Economic Outlook 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.
Ia menilai kawasan ASEAN+3 diperkirakan akan tetap tangguh, terlepas dari tantangan kuat dari permintaan eksternal yang lebih lemah dan kondisi keuangan global yang lebih ketat.
Permintaan domestik kemungkinan akan tetap kuat, dengan belanja rumah tangga yang akan ditopang oleh peningkatan pendapatan dan inflasi yang lebih rendah.
AMRO mengantisipasi inflasi kawasan ini akan menjadi moderat dari 6,5 persen pada tahun lalu menjadi 4,7 persen pada tahun 2023, sebelum normal menjadi 3 persen di tahun depan.
Dengan pijakan pertumbuhan yang lebih kuat, Khor mengatakan pembuat kebijakan di ASEAN+3 telah mengalihkan fokus untuk menahan inflasi yang tetap tinggi dan memulihkan penyangga kebijakan.
Namun, risiko penurunan berlimpah. Prospek pertumbuhan kawasan ini dapat diredam oleh lonjakan harga energi yang disebabkan oleh eskalasi krisis Ukraina, pemulihan yang lebih lemah dari perkiraan di China, atau pelambatan tajam di AS.
Pengetatan kebijakan moneter AS yang berlanjut di tengah meningkatnya kekhawatiran stabilitas keuangan juga dapat meningkatkan volatilitas pasar keuangan dan memicu kekhawatiran penularan.
Kendati demikian,berdasarkan pelajaran dari krisis keuangan Asia, dia mengungkapkan sistem keuangan ASEAN+3 saat ini cenderung lebih tangguh dan diatur dengan baik.
"Meski begitu, kita hidup di masa genting. Pembuat kebijakan perlu tetap waspada dan terus membangun kembali penyangga kebijakan," tegasnya.
Selain itu, lanjut Khor, para pembuat kebijakan diharapkan pula agar tetap fleksibel untuk memberikan dukungan tambahan bagi perekonomian jika diperlukan.
Baca juga: BPOLBF pastikan tidak ada penutupan kegiatan wisata saat penyelenggaraan ASEAN Summit
Baca juga: Sri Mulyani sebut eksklusi keuangan tantangan utama di banyak negara ASEAN
Berita Lainnya
Menteri ESDM Bahlil sebut kenaikan PPN 12 persen tak pengaruhi harga BBM
19 December 2024 16:58 WIB
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB
NBA bersama NBPA hadirkan format baru untuk laga All-Star 2025
19 December 2024 16:16 WIB
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB