Bengaluru (ANTARA) - Para pemimpin keuangan global akan menghitung kerusakan ekonomi akibat perang Rusia di Ukraina pada Jumat, saat mereka bertemu pada ulang tahun pertama konflik tersebut dengan beberapa menyuarakan kekhawatiran bahwa lebih banyak sanksi terhadap Moskow akan mengganggu peningkatan moderat dalam pertumbuhan.
Pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di pinggiran pusat teknologi Bengaluru India terjadi di tengah tanda-tanda bahwa prospek global telah membaik dari pertemuan terakhir kelompok itu pada Oktober, ketika sejumlah ekonomi G20 tertatih-tatih di ambang resesi di tengah lonjakan harga energi dan pangan yang disebabkan oleh perang.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Kamis (22/2/2023) menyoroti perbaikan tersebut, mengatakan ekonomi global "berada di tempat yang lebih baik hari ini daripada yang diperkirakan beberapa bulan lalu".
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan PDB global untuk tahun 2023 sebesar 2,9 persen, naik dari perkiraan 2,7 persen pada Oktober, tetapi masih jauh di bawah 3,4 persen yang dicapai pada tahun 2022.
Yellen mengaitkan peningkatan tersebut sebagian dengan kerja sama antara bank-bank sentral dan pemerintah-pemeritah G20 selama setahun terakhir dalam mengambil tindakan tegas untuk mengatasi inflasi, bahkan dengan mengorbankan pertumbuhan.
Inflasi di Amerika Serikat dan negara-negara lain telah mereda bersamaan dengan harga energi yang lebih rendah, tetapi Yellen menambahkan bahwa upaya seperti itu perlu dilanjutkan dan lebih banyak pekerjaan diperlukan untuk mengurangi dampak dari perang, seperti mengurangi kekurangan pangan dan menekan harga energi dan pendapatan Rusia.
Yellen dan sesama menteri G7 pada Kamis (23/2/2023) menyerukan lebih banyak dukungan keuangan untuk Ukraina dan berjanji untuk mempertahankan sanksi keras terhadap Rusia.
Ketua G7 menteri keuangan Jepang, Sunichi Suzuki, mengatakan kepada wartawan bahwa kelompok itu akan memantau dengan cermat keefektifan sanksi dan "mengambil tindakan lebih lanjut sesuai kebutuhan".
Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengatakan tekanan terhadap Rusia harus tetap tinggi untuk "mengisolasi sepenuhnya" ekonomi Rusia.
Tetapi antusiasme untuk menekan ekonomi Rusia lebih jauh tidak dimiliki oleh beberapa anggota kelompok G20 yang lebih luas, terutama India, yang tidak menginginkan sanksi tambahan terhadap Rusia selama kepresidenan G20 tahun ini, menurut sumber pemerintah.
Sanksi yang ada terhadap Rusia, yang memiliki hubungan bersejarah dengan India, "berdampak negatif pada dunia," kata salah satu pejabat India.
New Delhi telah mempertahankan sikap netral terhadap konflik tersebut, meningkatkan pembelian minyak Rusia yang lebih murah secara drastis dan menolak istilah "perang" dalam negosiasi atas bahasa komunike G20. Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus".
Yellen mengatakan komunike itu masih dalam pembahasan dan dia berharap melihat kecaman keras atas invasi Rusia dan kerusakan yang ditimbulkannya pada Ukraina dan ekonomi global.
Baca juga: Akademisi: Upaya Barat persenjatai Ukraina justru akan perpanjang krisis
Baca juga: Sekjen PBB Antonio Guterres peringatkan eskalasi konflik Ukraina
Berita Lainnya
Mitsubishi Electric Indonesia lakukan inovasi dan solusi untuk lingkungan hijau
26 April 2024 17:02 WIB
Relawan: Partai Keadilan Sejahtera akan ikuti jejak PKB dan NasDem masuk koalisi
26 April 2024 16:29 WIB
Kemenhub tetapkan 17 bandara internasional di Indonesia untuk perkuat bisnis penerbangan
26 April 2024 16:10 WIB
Mendag Zulkifli Hasan memusnahkan baja tulang tak sesuai SNI senilai Rp257 miliar
26 April 2024 15:31 WIB
Ilmuwan ungkap rotasi Bumi melambat, hari jadi lebih panjang
26 April 2024 15:16 WIB
72 tahun diplomatik, Indonesia-Kanada adakan Dialog Pertahanan Perdana di Jakarta
26 April 2024 15:05 WIB
Menlu Retno sebut satgas judi online lindungi WNI dari kejahatan transnasional
26 April 2024 14:17 WIB
Jeniffer Aniston akan buat ulang film klasik hits tahun 1980 "9 to 5"
26 April 2024 14:04 WIB