Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore ditutup menguat seiring melemahnya data ekonomi Amerika Serikat (AS).
Rupiah ditutup naik 29 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp15.075 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.104 per dolar AS.
"Dengan melemahnya data ekonomi AS yang dirilis pekan ini, yang memicu ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih longgar, rupiah masih berpeluang menguat terhadap dolar AS," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ariston menuturkan data survei aktivitas manufaktur di area Philadelphia, Amerika Serikat untuk Januari 2023 menunjukkan penurunan. Sebelumnya data survei aktivitas manufaktur di wilayah New York untuk bulan yang sama juga menunjukkan penurunan.
Data penjualan ritel AS pada Desember 2022 menunjukkan pertumbuhan negatif dibandingkan November 2022. Data inflasi produsen AS pada Desember memperlihatkan kenaikan yang lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.
Faktor lain yang mendukung penguatan rupiah hari ini adalah kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) alias BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen yang diumumkan pada Kamis (19/1).
BI turut membantu menjaga kekuatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dengan memperlebar spread suku bunga acuannya terhadap suku bunga acuan the Fed.
Bank Indonesia meyakini kenaikan BI7DRR sebesar 225 basis poin secara akumulatif sejak Agustus 2022 hingga menjadi 5,75 persen pada saat ini memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3 persen plus minus 1 persen pada semester I-2023.
Kenaikan suku bunga acuan tersebut juga ditujukan untuk mendorong inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada semester II 2023.
Hal senada juga disampaikan Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama, bahwa kenaikan suku bunga acuan BI yang sebesar 25 basis poin (bps) menunjukkan BI cukup percaya diri bahwa kenaikan suku bunga AS berpeluang untuk melambat sehingga suku bunga BI tidak perlu naik secara drastis.
"Sentimen utama yang menjadi penggerak rupiah hari ini adalah kebijakan suku bunga BI yang kemarin diumumkan naik 25 bps," ujarnya.
Menurut dia, ancaman bagi pergerakan rupiah ke depan adalah jika The Fed melanjutkan kenaikan suku bunga seperti yang diprediksi, walaupun dengan besaran basis poin yang lebih kecil dari sebelumnya.
Jika suku bunga The Fed naik, maka selisih nilai suku bunga rupiah dan dolar AS akan semakin kecil sehingga berpotensi memberikan tekanan terhadap rupiah.
Sementara itu, Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto menuturkan sentimen yang menjadi penggerak penguatan rupiah hari ini adalah pasar yang masih cukup kondusif.
Ia mengatakan ada ekspektasi positif pasar bahwa ekonomi Indonesia masih akan tumbuh positif di tengah kekhawatiran terjadinya resesi global dan ekspektasi bahwa The Fed akan semakin mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.123 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.075 per dolar AS hingga Rp15.104 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat melemah ke posisi Rp15.121 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.113 per dolar AS.
Baca juga: Nilai tukar rupiah meningkat seiring penurunan imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Nilai tukar rupiah melemah, investor tunggu kebijakan suku bunga acuan BI