Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah seiring investor menunggu kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Rupiah pagi ini turun 90 poin atau 0,60 persen ke posisi Rp15.135 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.045 per dolar AS.
"Rupiah diperkirakan akan range-bound dengan kecenderungan terkoreksi terbatas. Dolar AS rebound dari penurunan tajam dalam beberapa sesi terakhir," kata Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Lukman mengatakan rupiah menguat tajam akhir-akhir ini mendekati level psikologis Rp15.000. Sementara itu investor cenderung menunggu dan menantikan hasil pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk kebijakan BI mendatang, terutama terkait suku bunga.
Pada Kamis (19/1) BI diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps). Investor juga berharap BI akan mengomentari cadangan devisa, surplus dan revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor.
Ia memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah hari ini berada di kisaran Rp15.000 per dolar AS hingga Rp15.200 per dolar AS.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 21-22 Desember 2022 lalu memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI alias BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen.
Suku bunga deposit facility juga dinaikkan sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo beberapa waktu lalu mengatakan selain mengendalikan inflasi, pada 2023 bank sentral akan terus mengendalikan nilai tukar rupiah agar lebih stabil, bahkan lebih menguat ke level Rp15.070 per dolar AS.
Sementara menurut Kepala Ekonom BCA David Sumual, BI berpotensi kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen.
Ia memperkirakan BI masih akan meneruskan pengetatan kebijakan moneter pada kuartal I sampai kuartal II 2022 karena bank sentral negara-negara lain di dunia, termasuk bank sentral Amerika Serikat (AS)Federal Reserve (Fed) masih berpotensi menaikkan suku bunga acuan.
BI juga diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuan karena inflasi masih akan tinggi di kuartal I 2022 ditopang oleh kenaikan harga produk di sektor jasa dan kenaikan upah riil masyarakat.
Pada Senin (16/1) rupiah ditutup menguat 104 poin atau 0,68 persen ke posisi Rp15.045 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.149 per dolar AS.
Baca juga: Nilai tukar rupiah menguat tajam ditopang ekspektasi neraca perdagangan surplus
Baca juga: Nilai tukar rupiah menguat tajam, ditopang harapan pengenduran kenaikan bunga Fed
Berita Lainnya
Menteri ESDM Bahlil sebut kenaikan PPN 12 persen tak pengaruhi harga BBM
19 December 2024 16:58 WIB
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB
NBA bersama NBPA hadirkan format baru untuk laga All-Star 2025
19 December 2024 16:16 WIB
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB