Pejuang rupiah di lampu merah di Kota Bertuah

id Pejuang rupiah, pedagang lampu merah, asongan pekanbaru

Pejuang rupiah di lampu merah di Kota Bertuah

Suasana di simpang lampu merah di Jalan Jenderal Soedirman, Kota Pekanbaru. (ANTARA/Syafira Hasna)

Pekanbaru (ANTARA) - Setiap sudut kota Pekanbaru memiliki cerita uniknya masing-masing. Salah satunya ada di lampu merah Jalan Jenderal Sudirmanyang terdapat para pencari nafkah berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Di antara pejuang rupiah tersebut ialah Eli (42) yang ditemui pada pertengahan Oktober lalu. Pedagang koran yang sekarang menjajakan dagangannya di simpang lampu merah Jalan Jendral Sudirman di bawah jembatan layang ini sudah delapan tahun berjualan koran sejak harga koran masih Rp2.000 per terbitan.

Eli merupakan perantau asal Padang, Sumatera Barat, dan sekarang tinggal Pekanbaru tepatnya di daerah Kualu, Panam. Sebelumnya, Eli menjajakan koran di perempatanlampu merah di depan Bandara Sultan Syarif Kasim II (SSK II).

“Nggak nentu, kalau 40-41 koran satu hari habis, dapat sama wak Rp135 ribu untung bersih, nanti dipotong ongkos transport Rp20 ribu untuk pulang pergi,” kata Eli.

Eli yang merupakan penyandang difabel sekaligus single parent tetap semangat menghidupi keluarga kecilnya bersama dengan satu anaknya yang duduk di bangku SMA.

Eli mengaku selama ini ia tidak pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah walaupun sudah tinggal lama di Pekanbaru karena masih ber-KTP Sumatra Barat.

Pejuang lainnya yaitu Darmansyah (44). Pedagang kerupuk yang menjajakan dagangannya di tempat yang sama dengan Eli. Pria ini sudah lebih dari tiga tahun tinggal dan berjualan kerupuk di Pekanbaru.

Darmansyah merupakan perantau asal Kayu Agung, Sumatera Selatan. Di Pekanbaru, ia tinggal di sekitar Jalan Arifin Ahmad bersama dengan bosnya.

Setiap harinya, Darmansyah bisa menjajakan dua puluh hingga tiga puluh bungkus kerupuk. Dengan harga Rp10.000 per bungkusnya. Dari situ, ia bisa mendapat keuntungan Rp4.000.

“Tiap dua minggu atau satu bulan sekali saya ngirim uang ke keluarga di kampung meskipun sedikit,” ujar ayah dua anak ini.

Darmansyah mengungkapkan terkadang dagangannya dari pagi hingga siang tidak laku, sehingga ia tidak bisa makan karena belum mendapatkan uang.

Sama halnya dengan Eli, Darmansyah mengaku keluarganya yang ada di kampung juga tidak mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.

Mereka berharap bisa mendapatkan rezeki yang lebih baik agar dapat selalu mencukupi kebutuhan keluarganya. “Yang penting sabar, itu aja kuncinya,” pungkas Darmansyah, seolah mewakili puluhan pejuang rupiah lainnya di Kota Bertuah ini.