Stafsus Wapres: Indonesia pulih lebih cepat karena produsen beras dunia

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, beras

Stafsus Wapres: Indonesia pulih lebih cepat karena produsen beras dunia

Tangkapan layar Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI Guntur Subagja Mahardikadalam International Conference on Indonesia and Global Affairs RPI -1st Session yang disakssikan secara daring, Kamis (29/9/2022). (ANTARA/YouTube RPI Official)

Jakarta (ANTARA) - Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI Guntur Subagja Mahardika mengatakan Indonesia bisa pulih lebih cepat dari krisis pangan dibandingkan negara-negara lain karena menyandang status sebagai produsen beras dunia.

"Kondisi ini memberikan harapan kepada Indonesia bisa bangkit lebih cepat dibandingkan negara-negara lain yang menghadapi persoalan pangan,” katanya dalam International Conference on Indonesia and Global Affairs RPI - 1st Session yang disaksikan secara daring, Kamis.

Guntur menyampaikan kendati lahan pertanian terbesar dimiliki oleh China, Australia dan Amerika Serikat, namun Indonesia merupakan negara produsen beras nomor tiga setelah China. Selain itu, Indonesia juga menjadi produsen utama sawit yang diikuti oleh Malaysia dan Thailand.

"Ini salah satu hal yang membanggakan dan Indonesia telah swasembada pangan, itu adalah capaian yang luar biasa setelah sekian tahun kita minus di sektor pangan,” ujarnya.

Negara dengan basis pertanian kuat, lanjutnya, memiliki tingkat ketahanan yang baik. Beberapa diantaranya adalah Finlandia, Irlandia, Norwegia, Perancis, Belanda hingga Jepang. Khusus untuk Indonesia, data Global Food Security Index (GFSI) 2022 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 63, naik dibandingkan tahun lalu yang berada pada peringkat 69.

"Ini tentunya memberikan harapan baru, bahkan di sisi peringkat kita sudah mengalahkan India karena di satu sisi India produsen terbesar, di satu sisi juga konsumen terbesar,” tutur dia.

Lebih lanjut Guntur menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa krisis pangan merupakan satu dari empat krisis yang tengah menghantam dunia. Sebanyak 107 negara terdampak krisis dengan 533 juta jiwa terancam kemiskinan ekstrem dan 345 juta jiwa terancam kelaparan akut.

Hal senada juga dilaporkan oleh Organisasi Badan Pangan Dunia, Global Report on Food Crises 2022 yang menyatakan bahwa lebih dari 200 juta jiwa tengah mengalami krisis pangan dan berdampak cukup besar hingga level ekstrem seperti Somalia, Sudan dan Yaman.

"Ini tantangan bagi kita dan juga ini kita harus antisipasi ke depan,” tegasnya.

Baca juga: Kendalikan harga, Bulog Riau-Kepri sebar 11.000 ton lebih beras ke pasar

Baca juga: Lebih murah Rp1.500, permintaan beras Bulog meningkat di Pasar Pekanbaru