Jakarta (ANTARA) - Sebanyak empat perempuan peneliti di lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dikukuhkan menjadi profesor riset ke-634, ke-635, ke-636, ke-637 pada Kamis, secara berurutan adalah Ratih Dewanti, Ganewati Wuryandari, Widjajanti, dan Rike Yudianti.
"Gelar Profesor Riset tidak hanya merupakan gelar yang diberikan secara melekat, namun yang lebih daripada itu, gelar ini memberikan beban tambahan yang tidak ringan kepada yang telah dikukuhkan," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam acara pengukuhan profesor riset yang diikuti virtual di Jakarta, Kamis.
Handoko menuturkan profesor riset mempunyai tanggung jawab yang sangat besar, tidak hanya untuk dirinya sendiri namun diharapkan menjadi penghela terdepan untuk kelompok-kelompok risetnya.
Baca juga: BRIN berharap hasil uji klinis fase 1 vaksin Merah Putih memuaskan
Pengukuhan empat profesor riset yang baru juga menunjukkan kesinambungan kaderisasi peneliti di BRIN untuk menghasilkan karya-karya penelitian berkualitas internasional.
"Semoga hal ini bisa menjadikan semangat bagi para peneliti lainnya, agar kaderisasi kompetensi tetap terjaga dan berkesinambungan," ujar Handoko.
Ia menuturkan kaderisasi peneliti penting untuk terus menghasilkan hasil penelitian yang berkualitas untuk terus dikembangkan guna mendukung keberlanjutan pembangunan.
Apalagi di masa pandemi COVID-19 saat ini, BRIN diharapkan selalu memiliki terobosan atau inovasi baru untuk membantu Indonesia melalui hasil-hasil riset yang dapat berkontribusi bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Dalam acara tersebut, masing-masing profesor riset menyampaikan orasi ilmiahnya. Prof Ratih Dewanti yang mempunyai kepakaran di bidang penginderaan jauh berbicara tentang model yang efisien dalam pengolahan data penginderaan jauh optik, yang dikontribusikan untuk menghasilkan data dan informasi dalam mendukung pemantauan mangrove.
Model tersebut apabila diintegrasikan dengan perkembangan konsep mutakhir akan memberi bobot yang lebih signifikan dalam pengolahan data penginderaan jauh optik untuk mangrove.
Baca juga: BRIN rancang alat pengering bahan baku obat yang berbasis tenaga surya
Prof Ganewati Wuryandari, yang merupakan pakar di bidang hubungan internasional, dalam orasi ilmiahnya tentang Politik Luar Negeri Era Reformasi, menyampaikan tentang perjalanan Indonesia dari awal penjajahan yang berperan aktif dalam percaturan politik internasional.
Indonesia diharapkan dapat memadukan strategi normatif dan fungsional dalam menjalankan peran sebagai negara kekuatan menengah. Selain itu, pelibatan pemangku kepentingan juga diperlukan sehingga ada legitimasi lebih kokoh untuk mendukung pelaksanaan politik luar negeri ke depannya.
Prof Widjajanti yang memiliki kepakaran di bidang sosiologi gender, menyampaikan orasi mengenai perspektif sosiologi feminisme untuk menunjukkan lemahnya representasi perempuan dan upaya resistansinya.
Prof Rike Yudianti, yang merupakan pakar di bidang teknik material, memaparkan orasi terkait pemanfaatan nanokomposit berbasis nanoselulosa dan nano karbon sebagai material fungsional.
Baca juga: BRIN dan Kadin akan berkolaborasi perkuat sektor industri di Indonesia
Berita Lainnya
Menteri ESDM Bahlil sebut kenaikan PPN 12 persen tak pengaruhi harga BBM
19 December 2024 16:58 WIB
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB
NBA bersama NBPA hadirkan format baru untuk laga All-Star 2025
19 December 2024 16:16 WIB
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB