Antisipasi kasus baru, Festival Perang Air di Meranti ditiadakan lagi tahun ini

id Festival Cian Cui,Perang Air,Kepulauan Meranti,Festival perang air

Antisipasi kasus baru, Festival Perang Air di Meranti ditiadakan lagi tahun ini

Suasana persiapan menyambut perayaan Imlek 2573 Masehi Tahun 2022 di Vihara Sejahtra Sakti, Jalan A Yani (Kelenteng Tertua di Selatpanjang). (ANTARA/Rahmat Santoso)

Selatpanjang (ANTARA) - Festival Perang Air dan sejumlah kegiatan lainnya dalam perayaan Imlek 2573 Masehi di Kabupaten Kepulauan Meranti terpaksa ditiadakan lagi tahun ini (2022).

Keputusan tersebut disepakati oleh Paguyuban Tionghoa Kepulauan Meranti bersama unsur terkait untuk mengantisipasi timbulnya kasus baru di tengah pandemi COVID-19.

Seperti disampaikan Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kepulauan Meranti Wanandi Salim alias Aan kepada wartawan, Selasa.

Ia mengatakan, persiapan dan kesepakatan telah dilakukan. Hal ini tentunya harus benar-benar menjadi rumusan agar tidak memperburuk situasi, meskipun di Meranti nol sebaran kasus COVID-19.

"Kita harus menahan diri agar wabah ini segera berlalu. Untuk itu Imlek kali ini tentu tidak semeriah dua tahun lalu. Karena ada pembatasan sehingga sejumlah kegiatan ditiadakan," ujar Aan.

Sebelumnya Bupati Kepulauan Muhammad Adil menginginkan Perang Air digelar tahun ini. Pertimbangannya banyak dampak positif yang dirasakan, salah satunya adalah meningkatnya ekonomi masyarakat.

"Bupati tadinya ingin kegiatan ini dilaksanakan. Kami juga ingin seperti itu. Tapi aturannya tidak boleh, makanya kita harus patuh untuk menjaga situasi tetap aman dari pandemi. Keputusan itu datang dari pemerintah pusat. Sebagai langkah antisipasi sebaran COVID-19," ungkapnya.

Meski sejumlah kegiatan ditiadakan, lanjut Aan, hal itu tidak mengganggu proses ibadah mereka. Namun pelaksanaan ibadah tetap dilakukan di masing-masing klenteng dan harus menerapkan protokol kesehatan (prokes). Mulai menyediakan alat ukur suhu tubuh, cuci tangan, mengenakan masker dan jaga jarak.

"Harus menjaga prokes. Agar itu berjalan baik, nantinya setiap kelenteng diwajibkan membentuk panitia internal agar dapat mengatur setiap pelaksanaan ibadah," pintanya.

Terpisah, Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti Muhammad Adil sebelumnya mengaku rindu akan Festival Perang Air, karena berdampak kepada ekonomi warga. Akan tetapi, iven tersebut terpaksa tidak dilaksanakan mengingat pandemi masih bergejolak hingga saat ini.

"Kita inginkan itu. Jika acara itu bisa kita laksanakan akan ada puluhan ribu wisatawan yang hadir. Tapi pandemi belum selesai. Malah sekarang ini sudah ada varian baru yaitu Omicron. Itu yang harus kita jaga. Jangan sampai setelah perayaan timbul kasus-kasus ini," ungkap Bupati Adil.

Baca juga: Berharap Festival Perang Air di Meranti digelar tahun ini

Menurutnya Kepulauan Meranti masih bertahan dengan nol sebaran kasus baru dan vaksinasi sudah hampir 80 persen. Untuk itu ia tidak ingin mengambil risiko sekecil mungkin.

"Makanya kami putuskan itu sambil mempersiapkan iven besar di tahun depan. Jadi semua harus patuh prokes dan vaksin jangan sampai ada kasus baru. Karena ekonomi kita sudah mulai bagus. Kalau ada (kasus baru) habis kita," katanya.

Dalam pantauan, perayaan Imlek di Kepulauan Meranti tetap berlangsung meriah. Meskipun suasananya tidak semeriah dua tahun lalu yang ada kegiatan Festival Perang Air dan Pawai Dewa Co She Kong keliling kelenteng.

Segala sesuatu yang berkaitan warna merah tetap tampak mencolok. Mulai dari baju, lampion hingga ornamen sudut rumah serta kelenteng di pusat Kota Selatpanjang. Bahkan ciri khas bertepatan dengan hari tersebut juga mulai identik oleh keriuhan suara petasan yang dibakar secara mandiri hingga kelompok masyarakat setempat.

Baca juga: Tahun ini, Imlek di Kepulauan Meranti tanpa festival perang air

Baca juga: Meski pecahkan Rekor MURI, Wisatawan Festival Perang Air 2019 Menurun