Berharap Festival Perang Air di Meranti digelar tahun ini

id Festival Cian Cui,Perang Air,Selatpanjang,Meranti

Berharap Festival Perang Air di Meranti digelar tahun ini

Warga dan wisatawan saling siram pada Festival Perang Air di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. (ANTARA FOTO/FB ANGGORO/17)

Selatpanjang (ANTARA) - Siapa yang tidak tahu dengan Festival Cian Cui atau Perang Air di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Iventahunan yang meraih juara I kategori wisata terpopuler pada Anugerah Pesona Indonesia (API) 2018 bakal dimeriahkan kembali.

Sebelumnya di tahun 2021 lalu, iven yang lebih dikenal dengan istilah bahasa mandarin itu batal dimeriahkan, karena pandemi COVID-19 yang masih bergejolak. Festival ini biasanya digelar setiap perayaan Imlek (Tahun Baru Cina).

Mengingat saat ini kasus COVID-19 melandai, ada angin segar di tahun 2022 berpotensi dilaksanakan. Hal itu diungkapkan oleh Plt Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kepulauan Meranti Fitria Nengsih ketika ditemui ANTARA di ruang kerjanya.

Ia mengatakan, Festival Perang Air sempat tidak dilaksanakan pada tahun lalu akibat COVID-19, sehingga tidak dianggarkan dalam APBD 2021. Pada 2022 ini, pihak pemerintah provinsi dan pusat akan memberi dukungan festival tersebut agar kembali diadakan.

"Biasanya (dianggarkan) melalui aspirasi dewan (pokir). Karena kemaren itu pihak DPRD menilai COVID-19 masih berlangsung, maka tahun ini tidak jadi dianggarkan lagi. Tapi kita telah berkomunikasi dengan provinsi dan pusat, Insyaa Allah mereka bersedia mensupport akan tetap diadakan," kata Fitria, Rabu.

Meski direncanakan digelar tahun ini, lanjut Fitria, pihaknya tetap menunggu izin diperbolehkan dari pihak yang berwenang. Izin yang dikeluarkan kemungkinan disesuaikan dengan situasi daerah ketika sudah dekat dengan perayaan Imlek.

"Kita tetap mengacu pada aturan COVID-19, baik dari pemerintah setempat maupun dari gubernur (Pemprov). Apalagi sekarang sudah ada varian baru Omicron. Kalau di Meranti tidak ada sih ya, tapi kalau terdeteksi ada, mungkin ada aturan tertentu, apakah dibatasi atau bagaimana. Namun saat ini masih dibolehkan," jelasnya.

Sebelum mematangkan Festival Perang Air bersama pihak terkait di daerah setempat, Fitria akan memastikan perolehan izin dari tingkat pusat terlebih dahulu. Pihaknya tidak ingin gegabah dalam mengambil suatu keputusan yang belum pasti untuk ditindaklanjuti.

"Iven ini memang satu-satunya ada di Meranti, bahkan sudah masuk wisata tingkat nasional. Takutnya nanti diberi izin, hari ini tau-taunya ada aturan pembatasan baru di (PPKM) level 1. Makanya kita selalu koordinasi dengan pemprov dan pusat, jika dalam waktu dekat ada informasi terbaru, nanti kita informasikan," tutur Fitria yang juga merangkap sebagai Sekretaris Disparpora.

Wanita yang kerap disapa Nining ini mengakui, Festival Perang Air yang lebih identik ke tradisi Tionghoa itu sangat berdampak besar bagi ekonomi masyarakat. Ekonomi sekilas meningkatkan membuat para pelaku usaha restoran, perhotelan (penginapan), pedagang kecil, hingga buruh transportasi beca sumringah.

"Jika nantinya jadi dilaksanakan, kita akan atur bagaimana tahun ini Festival Perang Air dikemas. Pokoknya gambaran dilaksanakan tahun ini sudah lebih dari 50 persen," kata dia.

Untuk diketahui, Festival Cian Cui atau Perang Air merupakan kebiasaan masyarakat Selatpanjang dalam bersuka cita merayakan Imlek. Perayaan itu diaplikasikan dengan siram-siraman air selama enam hari berturut-turut.

Belasan bahkan ribuan wisatawan lokal dan mancanegara berbaur dan berarak keliling di jalan protokol di Kota Selatpanjang, ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti. Kegiatan yang mirip dengan Festival Sonkran di Thailand ini digelar dari pukul 16.00 WIB hingga 18.00 WIB sore.

Dari data yang dikutip dari pihak penyelenggara sebelumnya, Festival Cian Cui banyak diikuti oleh wisatawan mancanegara yakni, Cina, Singapura, Australia, Thailand, Malaysia, Afrika, dan negara lainnya.