Kuala Lumpur (ANTARA) - Salah seorang dosen STIE Riau Pekanbaru, Dedi Iskamto, berhasil meraih gelar doktor di Universitas Zainal Abidin (UniSZA), Terengganu, Malaysia, setelah berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Menentukan Kepuasan Pengusaha Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia" pada sidang akhir via daring.
"Salah satu persoalan yang dihadapi oleh pengusaha UMKM dan jarang di teliti di Indonesia adalah yang berkaitan dengan kepuasan wirausaha," ujar Dedi ketika dihubungi dari Kuala Lumpur, Senin.
Menurut penelitiannya, wirausaha yang puas terhadap kinerja usahanya cenderung untuk bertahan sedangkan yang tidak puas dengan hasil usaha akan meninggalkan usahanya dan kembali menjadi pegawai.
Ketua Asosiasi Dosen dan Peneliti Ilmu Ekonomi dan Bisnis Indonesia ini juga meneliti kinerja UMKM dilihat dari dukungan pemerintah, kompetensi dan lingkungan sekitar.
"Penelitian kami menemukan bahwa dukungan pemerintah tidak berpengaruh terhadap kinerja UMKM, artinya selama ini UMKM masih berjalan sendiri tanpa dukungan dari pemerintah, selain itu faktor gender dan pendidikan menjadi faktor moderator baik bagi kinerja dan kepuasan pengusaha UMKM," katanya.
Pada sidang akhir yang berlangsung pekan ini hadir para penguji Prof. Dr. Zainudin Awang (ketua), Dr. Norhilmi Bin Muhammad, Prof. Dr. Wan Fauziah Binti Wan Yusoff, perwakilan Fakultas Bisnis dan Manajemen, Dr. Norizan binti Ramli dan didampingi pembimbingnya Prof Madya Dr. Puspa liza Ghazali dan Dr. Asyraf Aftanorhan.
Dedi berhasil menyelesaikan pendidikan doktornya dalam masa tiga tahun atau enam semester.
Selain itu selama masa pedidikan, dia berhasil menerbitkan tujuh karya ilmiah yang terindeks Scopus dan puluhan karya ilmiah yang dimuat di jurnal nasional dan internasional.
Dia juga telah menghadiri tidak kurang sembilan konferensi internasional di antaranya di Malaysia, Arab Saudi, Amerika serikat, Singapura dan Indonesia, bahkan pada konferensi di Amerika Serikat dia berhasil meraih predikat The Best Track Paper.
"Belajar dan berkarya adalah sebuah kenikmatan dimana pada masa itu saya ingin mencurahkan semua potensi saya untuk mencapai yang terbaik," ujarnya.
Pria yang saat kuliah juga aktif di PPI Unisza berharap agar semakin banyak doktor yang dilahirkan baik di Indonesia maupun di seluruh dunia untuk mendukung pendidikan tinggi Indonesia agar bisa semakin maju.
Dedi mengatakan selama kuliah di Malaysia dirinya merasakan atmosfir internasional karena bertemu mahasiswa berbagai bangsa mulai dari Arab, Afrika, India, Pakistan, Eropa dan berbagai negara lain sehingga bisa membuka wawasan dan memperlancar Bahasa Inggris.
Selain itu kewajiban menulis disertasi dalam Bahasa Inggris telah menjadi tantangan karena selama di tanah air sangat jarang menulis dalam Bahasa Inggris sedangkan saat ini disertasinya memiliki 325 halaman.
"Ada untung rugi kuliah di luar negeri walaupun negara tetangga, tetapi Malaysia mempunyai sistem dan standar yang berbeda sehingga kita harus bisa menyesuaikan diri,” katanya.
Di antara yang berbeda dengan di tanah air, ujar dia, pada pasca sarjana di Malaysia baik master atau doktor yang mengambil perkuliahan dengan riset, mahasiswa dituntut untuk mandiri dalam melakukan penelitian sedangkan peran pembimbing tidak begitu diutamakan.*
Berita Lainnya
Dua unit helikopter Angkatan Laut Kerajaan Malaysia jatuh, 10 awaknya tewas
23 April 2024 13:14 WIB
AirAsia batalkan penerbangan ke Kota Kinabalu, Malaysia akibat erupsi
20 April 2024 10:15 WIB
53 rumah WNI bakal direlokasi pasca-kesepakatan batas Indonesia - Malaysia
18 April 2024 16:22 WIB
Pelabuhan Dumai masih jadi pilihan favorit masyarakat Riau ke Malaysia
17 April 2024 16:47 WIB
Wisatawan Malaysia dominasi kunjungan ke Riau
03 April 2024 22:34 WIB
TNI bangun asrama rumah singgah dan renovasi gedung sekolah di batas RI-Malaysia
01 April 2024 14:05 WIB
Sekolah di Malaysia dianjurkan berlangganan koran berbahasa Melayu
01 April 2024 4:02 WIB
BC Bengkalis musnahkan 19.800 kg mangga asal Malaysia, ada tiga tersangka
28 March 2024 13:38 WIB