Pekanbaru (ANTARA) - Tanoto Foundation melatih lebih dari 800 fasilitator guru dan kepala sekolah dalam memfasilitasi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dan pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk mempersiapkantahun ajaran baru pada Juli 2021.
Pelatihan ini terutama dalam membantu sekolah dan madrasah menanggulangi learning loss atau penurunan kemampuan belajar siswa sebagai dampak dari PJJ yang berkepanjangan.
Direktur Program PINTAR Tanoto Foundation, M Ari Widowati menyebut pada Juni ini para fasilitator di 25 kabupaten/kota mitra dilatih selama empat hari secara synchronous (tatap maya) dan asynchronous (berlatih mandiri).
“Mereka kami latih menggunakan Modul Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 yang diadaptasi dari panduan yang dikeluarkan oleh Kemendikbudristek,” kata Ari, Kamis.
Peserta difasilitasi untuk mampu mengidentifikasi kemampuan belajar setiap individu siswa dan cara memberikan pembelajaran berdiferensiasi. Metode ini dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan belajar siswa.
Pada bulan Juli, para fasilitator terpilih akan melatih dan mendampingi para guru dan kepala sekolah di 843 sekolah dan madrasah mitra yang tersebar di lima provinsi, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur," kata Ari lagi.
Guru dan kepala sekolah juga akan dilatih bersama karena keduanya punya peran penting yang tidak dapat dipisahkan. “Ketika guru menyiapkan pembelajaran untuk siswa, kepala sekolah pasti harus memastikan kebutuhan guru agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik," tambah Ari.
Modul untuk Guru dan Kepala Sekolah
Modul pelatihan ini diperuntukkan bagi kepala sekolah dan guru. Untuk modul kepala sekolah terdiri dari dua unit, yaitu (1) kesiapan sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi dan (2) mekanisme kegiatan belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran campuran (blended learning).
Setelah menguasai modul ini, menurut Golda Simatupang, Kepala Pelatihan Program Pintar Tanoto Foundation, kepala sekolah diharapkan dapat menyiapkan PTM terbatas mulai dari melengkapi persyaratan administratif, memastikan sarana dan prasarana, menyusun strategi dan pengaturan pembelajaran, serta menyiapkan prosedur monitoring dan evaluasi agar PTM terbatas dapat terlaksana dengan aman dan efektif di sekolah.
“Kepala sekolah juga dilatih mengembangkan pola hadir guru dan tenaga kependidikan di sekolah yang terkait dengan pembelajaran campuran. Mulai dari pembuatan RPP yang telah mengadaptasi pembelajaran campuran, menyiapkan kebutuhan pendukung pembelajaran, hingga melaksanakan simulasi pembelajaran campuran agar sekolah lebih siap dan efektif dalam implementasinya,” jelas Golda.
Sementara modul pelatihan untuk guru juga terdiri dari dua unit, yaitu (1) penilaian diagnostik dan (2) pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi. Setelah menguasai modul ini, para guru diharapkan dapat melakukan asesmen diagnostik pada siswanya. Dengan adanya proses asesmen diagnostik, guru dapat merancang pembelajaran yang tepat sesuai dengan kemampuan anak.
"Sama halnya ketika guru ingin melakukan pembelajaran berbeda untuk anak. Asesmen diagnostik dapat membantu guru untuk melihat anak ada di level berapa dalam hal learning loss, sehingga guru dapat merancang pembelajaran yang berbeda agar sesuai dengan kebutuhan anak tersebut," jelas Golda.
Sesuai Kebutuhan Sekolah
Ridwan Alatas, Kepala SDS Muhammadiyah Sungai Apit, Siak, menyebut pelatihan ini juga sangat membantu sekolah dalam merancang PTM dengan baik pada Juli mendatang.
“Menurut kami, Tanoto Foundation mampu menghadirkan pelatihan di tengah semakin beratnya tugas kepala sekolah membuat inovasi dan merancang kreatifitas dalam merancang pola pembelajaran dengan baik di masa pandemi. Sehingga pelatihan ini mampu membuat kepala sekolah semakin siap menghadapi PTM,” ujarnya.
Ditambahkan, dengan adanya pelatihan tersebut, pihaknya merasa siap dan sudah memiliki pola PTM juga baik secara baik dari sisi manajemennya, pembelajarannya dan juga kesiapan sarana dan prasarananya