Pengamat kelautan: Aplikasi pencari ikan harus tersebar luas di nelayan kecil

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, nelayan

Pengamat kelautan: Aplikasi pencari ikan harus tersebar luas di nelayan kecil

Sejumlah kapal nelayan bersandar di dermaga Pelabuhan Perikanan Aertembaga, Bitung, Sulawesi Utara, Senin (1/2/2021). (ANTARA FOTO/Adwit B Pramono/foc.)

Jakarta (ANTARA) - Pengamat kelautan Abdul Halim menyatakan penerapan aplikasi yang memudahkan berbagai pihak untuk mencari lokasi penangkapan ikan harus tersebar luas di nelayan kecil di berbagai daerah.

"Tantangannya adalah bagaimana informasi berbasis aplikasi tersebut bisa dimanfaatkan oleh nelayan kecil," kata Halim kepada Antara di Jakarta, Senin.

Baca juga: Pemerintah diminta tingkatkan pengawasan terhadap keselamatan kapal nelayan

Menurut Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan itu, selain tersebar luas penerapannya, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga perlu melakukan program pendampingan sedikitnya selama 3-6 bulan agar informasi berbasis aplikasi tersebut operasional dan betul-betul bisa diterapkan bagi nelayan kecil.

Ia berpendapat bahwa secara logika, pengembangan aplikasi semacam itu bisa digunakan untuk mengefisiensikan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dalam melaut, serta sejalan dengan prakiraan peta penangkapan ikan yang dilansir oleh KKP setiap pekannya.

KKP kini memiliki aplikasi Laut Nusantara yang menghadirkan kemudahan dan kecepatan akses informasi Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI).

Aplikasi tersebut juga dilengkapi informasi cuaca laut dalam genggaman nelayan sehingga aktivitas penangkapan ikan lebih efektif dan efisien bila menggunakan aplikasi Laut Nusantara tersebut.

"Di dalam sektor kelautan kita mengembangkan ocean based mitigation," kata Kepala Badan Riset dan SDM KKP Sjarief Widjaja dalam Webinar Membangun Perikanan yang Tangguh Terhadap Perubahan Iklim di Jakarta, Kamis (11/2/2021).

Menurut Sjarief, mekanisme melalui metode mitigasi berbasis laut itu selain bagaimana untuk mereduksi emisi gas kaca, tetapi juga dalam memberikan kerangka melalui paradigma yang sederhana kepada nelayan.

Misalnya, ia mencontohkan bagaimana KKP telah membuat aplikasi yang memberikan lokasi tangkapan ikan kepada nelayan, sehingga hal itu sangat membantu nelayan di berbagai daerah.

Dengan mengetahui lokasi penangkapan ikan yang banyak, lanjutnya, maka nelayan akan mengurangi waktu perjalanannya karena sudah mengetahui titik mana yang dituju, sehingga otomatis juga akan mengurangi pemakaian BBM.

"Sekadar informasi tentang lokasi ikan bisa membuat nelayan langsung ke lokasi ikan sehingga tidak perlu mencari ke sana kemari," katanya.

Sjarief memaparkan bahwa hal tersebut adalah contoh bagaimana penggunaan teknologi termutakhir bisa membantu mengurangi konsumsi BBM di saat melaut.

Baca juga: Anggaran bantuan nelayan Riau Rp3 miliar dialihkan ke COVID-19

Baca juga: Sebanyak 165 nelayan Pelalawan menerima konversi BBM ke BBG


Pewarta: M Razi Rahman