Sejumlah warga Tebingtinggi mengeluh kesulitan makan, ini yang dilakukan Camat

id kecamatan tebingtinggi,kepulauan meranti, meranti

Sejumlah warga Tebingtinggi mengeluh kesulitan makan, ini yang dilakukan Camat

Camat Tebingtinggi ketika mendatangi rumah Pak Buntal. (ANTARA/Rahmad Santoso)

Yakinlah bahwa Allah akan memberikan rezeki kalau mau bekerja lebih,"
Selatpanjang (ANTARA) - Belum sempat melucuti pakaian dinas sepulang dari kerja, Camat Tebingtinggi Rayan Pribadi tiba-tiba kedatangan salah seorang warga di kediamannya di Jalan Banglas, Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Minggu (27/9).

Waktu itu dengan napas sedikit terengah-engah di depan pintu rumahnya, Buntal mengeluhkan keluarganya belum makan berhari-hari dikarenakan tidak ada sepeser pun uang untuk membeli bahan makanan. Sudah beberapa hari ini ia tidak mendapatkan uang hasil dari pekerjaannya. Buntal adalah salah satu warga Kelurahan Kota Selatpanjang.

"Waktu dia datang. Saya bilang, Pak Buntal hari sudah maghrib, pulang dulu ke rumah. Nanti habis maghrib saya ke rumah, tunggu saya datang dan jangan keluar. Ingat pintu jangan dikunci, nanti saya datang bersama Pak Lurah, dan dia pun memang sudah menunggu kedatangan kita," cerita Rayan saat berbincang dengan ANTARA di rumahnya, Kamis (1/10).

Sehabis maghrib Camat Rayan didampingi Lurah Kota Selatpanjang Khairi beserta RT setempat bergegas ke rumah Buntal di Jalan Tanjung Harapan, Selatpanjang Kota sambil membawa sekarung beras dan sejumlah sembako lainnya. Rayan biasanya membawa bantuan untuk masyarakat yang membutuhkan sudah disiapkan di belakang mobil dinasnya.

"Karena bapak itu mengadu sudah dua hari tidak makan dan tidak mampu beli beras untuk keluarganya (istri dan 3 anaknya), saya langsung menghubungi Pak Lurah. Pak Lurah pun merespon untuk mencari beras. Sementara kita mencari sembako lainnya berupa telur, minyak, mi instan, dan kebutuhan lainnya," ujar Rayan.

Setiba di rumah Buntal, Rayan menyerahkan beras dan sembako. Saat menerima bantuan, raut wajah Buntal dan keluarganya sumringah karena sudah bisa makan enak untuk malam itu.

"Kita lihat juga ada anaknya menderita penyakit kulit, dan kita bantu sabun obat untuk membantu menyembuhkan penyakitnya. Sebelumnya juga RT setempat ada membantu biaya berobat untuk mertuanya. Karena Pak RT sudah menalangi uang kepada dia, kita ganti uang Pak RT," tutur Rayan.

Pria tiga anak itu sehari-hari bekerja sebagai tukang antar kayu dengan upah Rp10 ribu per harinya. Kadang-kadang tidak tentu pendapatannya karena pesanan kayu minim. Apalagi dipengaruhi dampak COVID-19 sehingga semua sektor ekonomi melemah.

"Memang dalam beberapa hari orang memesan kayu tidak ada. Palingan dalam sehari atau dua hari itu dia dapat Rp10 ribu dari upah angkut. Sehingga dengan hasil segitu bagaimana bisa membeli makanan. Tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan untuk seluruh anggota keluarganya," jelasnya.

Memang diakui Rayan, keluarga Buntal mendapat bantuan pemerintah berupa beras 28 kilogram dan sejumlah sembako lainnya senilai Rp600 ribu. Namun setelah tahap II sudah disalurkan, tahap selanjutnya tidak disalurkan lagi oleh pemerintah daerah.

"Kita (kecamatan) membuat regulasi tidak boleh dobel bantuan dan sumber bantuan sudah tidak ada lagi. Data Kemensos dan terpadu kesejahteraan sosial (TKS) sudah tidak dibuka, data provinsi juga sudah ditutup," imbuhnya.

Saat ini sumber bantuan pemerintah tidak ada lagi, yang disalurkan itu adalah data yang sudah dikunci karena rata-rata warga sudah mendapatkan pos bantuan. Bantuan sembako dari pemda itu hanya dua bulan. "Itu di luar kewenangan kecamatan, kita hanya tukang parkir saja (menyalurkan)," tambah dia.

Selain Buntal, ada sejumlah warga yang datang ke rumah Rayan juga mengeluh tidak ada uang untuk membeli susu anaknya, atau kekurangan lainnya. Meski tidak memiliki anggaran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pihaknya berupaya menggandeng beberapa donatur yang mau memberikan bantuan seikhlasnya.

"Bantuan COVID-19 kita tidak bisa jamin karena pemerintah juga sedang gejolak dengan keuangannya. Kalau ada warga yang betul-betul susah mengadu sajalah. Kami bersama donatur dan relawan akan berusaha memberikan bantuan tapi tentunya terbatas. Walaupun anggarannya tidak ada, saya sebagai camat akan berusaha keras untuk memastikan jangan sampai ada warga yang mengadu tidak pernah makan nasi," terang dia.

Sementara mengingat pekerjaan Buntal ini tidak bisa menjamin untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ia menyarankan agar mempertimbangkan pekerjaan lain. Yakinlah bahwa Allah akan memberikan rezeki kalau mau bekerja lebih.

"Itulah yang saya sampaikan kepada warga lainnya agar bisa bertahan hidup di tengah pandemi," ucap mantan Camat Tebingtinggi Timur itu.