Pedagang protes penembakan sapi potong

id pedagang protes, penembakan sapi potong

Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - DPRD Kota Pekanbaru meminta Rumah Potong Hewan (RPH) Pekanbaru membenahi prosedur penjagalan sapi potong, akibat pengaduan pedagang daging yang menduga ada penggunaan alat tembak yang menganiaya sapi sebelum dipotong.

"Saya harap RPH jangan membuat keresahan di tengah masyarakat, dan lebih baik menggunakan cara penyembelihan sesuai syariat Islam," kata Ketua Komisi II DPRD Pekanbaru, Nofrizal, Selasa.

Sejumlah pedagang sapi, Selasa, mengadu ke DPRD Pekanbaru terkait dugaan kesalahan prosedur dalam proses penjagalan di RPH yang dikelola Pemerintah Kota Pekanbaru. Mereka mencurigai sapi yang dipotong terlebih dulu ditembak.

Pada pedagang menilai cara tersebut tidak sesuai dengan syariat Islam, karena menimbulkan penyiksaan terhadap hewan. Para pedagang juga membawa tengkorak kepala sapi yang bolong sebagai barang bukti penganiayaan. Selain itu, mereka juga membawa barang bukti berupa video rekaman penjagalan sapi di RPH.

"Sepertinya kalau sampai bolong seperti itu adalah akibat ditembak, tapi belum bisa dipastikan pakai peluru jenis apa," ujarnya.

Ia mengatakan akan berkonsultasi kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait pengaduan para pedagang sapi itu.

Secara terpisah, Ketua MUI Riau Mahdini mengatakan RPH memang kerap menggunakan suntikan obat penenang untuk melumpuhkan sapi agar lebih mudah dalam proses penjagalan. Namun, ia mengatakan proses tersebut seharusnya tidak menimbulkan lubang di kepala sapi.

"Kalau sudah sampai bolong itu tidak diperbolehkan dalam Islam karena menyiksa hewan," katanya.

Menurut dia, dalam ajaran Islam tidak dibenarkan untuk menyiksa hewan dalam proses penyembelihan. Seharusnya proses penjagalan hewan menggunakan pisau yang sangat tajam dan diiringi dengan membaca "Basmallah".

Mahdini mengakui proses pelumpuhan sapi dalam penjagalan masih menjadi pro dan kontra di tengah para ulama. Sering kali penyuntikan tidak membuat sapi pingsan, melainkan langsung mati sehingga tidak sempat didoakan.

"Penggunaan cara pelumpuhan untuk menjagal sapi masih menjadi perdebatan," katanya.