New York (ANTARA) - Juru bicara Dana Anak-anak PBB (UNICEF) Tess Ingram mengungkapkan lebih dari satu juta anak di Jalur Gaza masih membutuhkan air bersih dan makanan.
Selain itu, ribuan anak tidur dalam keadaan lapar setiap malam, meskipun telah ada kesepakatan gencatan senjata. Selain itu, sekitar 650.000 anak perlu segera kembali bersekolah.
Baca juga: Liga Arab Serukan Dunia Bersatu Dukung Rekonstruksi Gaza
Dalam wawancara dengan pers, Minggu (2/10), Ingram mengatakan bahwa gencatan senjata merupakan “kabar baik” karena menghentikan pengeboman harian yang menewaskan anak-anak.
Namun, ia menegaskan bahwa hal itu “belum cukup untuk mengakhiri kelaparan atau memastikan keluarga memiliki akses terhadap air minum yang aman.”
Ia menambahkan, keluarga-keluarga di Gaza masih berjuang setiap hari untuk bertahan hidup. Infrastruktur yang sebelumnya menyediakan air dan layanan kesehatan bagi anak-anak telah rusak parah, sehingga akses terhadap kebutuhan dasar menjadi sangat sulit.
Ingram menjelaskan bahwa jumlah bantuan yang masuk ke Jalur Gaza setelah gencatan senjata sempat sedikit meningkat dalam dua pekan pertama.
Namun, volume bantuan itu masih jauh dari cukup dan masih di bawah tingkat pasokan sebelum perang dimulai. Juru bicara UNICEF tersebut juga menyoroti bahwa ribuan anak masih tidur dalam keadaan lapar.
Baca juga: OKI Kecam Serangan Israel di Gaza, Tekankan Pentingnya Patuh Gencatan Senjata
Sementara itu, banyak anak lain yang dirawat di rumah sakit menderita penyakit yang sebenarnya dapat disembuhkan, tetapi kekurangan dokter dan obat-obatan membuat mereka harus menanggung penderitaan tanpa perawatan memadai.
Sumber: WAFA-OANA
