Beirut (ANTARA) - Korban jiwa akibat ledakan pada Selasa (4/8) di gudang raksasa di Beirut, Lebanon, bertambah menjadi sedikitnya 135 orang.
Sejumlah tim penyelamat negara itu pada Rabu (5/8) mengangkati jasad-jasad dari reruntuhan serta terus melakukan pencarian terhadap para warga yang hilang di antara gedung-gedung yang roboh.
Baca juga: Menlu RI Retno Marsudi sampaikan belasungkawa kepada korban ledakan Beirut
Menteri Kesehatan Hamad Hassan mengatakan lebih dari 5.000 orang cedera dalam ledakan di pelabuhan Beirut itu.
Hassan mengatakan puluhan ribu orang masih hilang.
Selain itu, kata Hassan, sekitar 250.000 orang kehilangan tempat tinggal setelah beberapa ledakan susulan mengguncang banyak bangunan hingga berbagai perabotan terlempar ke jalanan dan pecahan kaca-kaca jendela berhamburan.
Jumlah korban tewas akibat ledakan diperkirakan akan terus meningkat.
Sementara itu, Perdana Menteri Hassan Diab telah menyatakan keadaan berkabung selama tiga hari mulai Kamis.
Beberapa pejabat mengatakan ledakan itu terjadi akibat timbunan bahan peledak yang sangat berbahaya disimpan selama bertahun-tahun dalam lingkungan yang tidak aman di pelabuhan itu.
Presiden Michael Aoun mengatakan bahwa, ketika disita, 2.750 ton amonium nitrat, bahan yang digunakan untuk membuat pupuk dan bom, telah disimpan selama enam tahun di pelabuhan itu tanpa langkah keselamatan.
Ia mengatakan pemerintah "bertekad menyelidiki dan segera mengungkapkan apa yang terjadi, mengadili orang-orang yang lalai untuk mempertanggungjawabkan tindakannya."
Baca juga: PM Inggris Boris Johnson siap berikan bantuan untuk Beirut
Baca juga: Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Konga ikut bantu evakuasi korban ledakan Beirut
Sumber: Reuters
Pewarta : Tia Mutiasari