Masyarakat Talang Mamak di TNBT Kekurangan Gizi

id masyarakat talang, mamak di, tnbt kekurangan gizi

Pekanbaru, 9/5 (ANTARA) - Masyarakat Talang Mamak, suku asli Riau yang bermukim di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh kekurangan gizi dan banyak yang menderita sakit baik anak-anak maupun orang dewasa.

"Banyak orang yang sakit di kampung kami. 'Budak-budak kecik' (anak-anak-Red) kekurangan gizi bahkan selama Mei saja telah tiga orang meninggal," ujar Kepala Dusun Datai, Sukar saat ditemui ANTARA di Datai, Minggu.

Dusun Datai merupakan wilayah perkampungan di hulu sungai Gansal, sungai yang membelah TNBT.

Untuk mencapai dusun berpenduduk 63 kepala keluarga yang dihuni suku Talang Mamak ini, dapat ditempuh dari Dusun Lemang, Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu dengan mengarungi sungai Gansal selama dua hari.

Sukar juga mengatakan, di dusun yang dipimpinnya itu tidak ada puskesmas pembantu (pustu) ataupun tenaga perawat dan dokter yang tinggal di daerah mereka.

Warga yang sakit diobati secara obat kampung karena untuk membawa keluar orang yang sakit sangat sulit medan yang akan ditempuh.

"Jauh dan sulitnya pemukiman kami dijangkau, menyebabkan tidak ada tenaga kesehatan yang singgah ditempat kami," katanya.

Sementara itu, dari pantauan ANTARA beberapa orang dewasa yang sakit hanya dibiar tergeletak di dalam rumahnya atau dihalaman rumah dan dibawah rumah.

Rumah tempat bermukimnya warga di daerah itu hanyalah berupa gubuk berlantai tinggi, berdindingkan kulit kayu terap ataupun buluh pelupuh dan beratap daun rumbia.

Dari pihak keluarga si sakit, saat ditanya perihal kondisi keluarganya mengakui awalnya mereka menderita sakit perut, batuk dan sesak nafas dan kemudian nafsu makan tidak ada.

"Istri saya ini telah lima bulan sakit. Semula ia mengeluh sakit perut, tidak lama kemudian diiringi batuk dan sesak nafas. Hingga sekarang ia tidak bernafsu untuk menjamah makanan," ungkap Tarin seorang warga yang istrinya tergeletak sakit tak berdaya.

Nak, istri Tarin kondisinya sangat memilukan. Badannya kurus kering hanya tinggal kulit melilit tulang. Ibu beranak enam diusia 27 tahun itu tergolek lemas tak berdaya.

"Hanya air minum yang mau diterimanya. Sedangkan 'kanji' (bubur-Red) tidak bisa masuk ke perutnya, langsung dimuntahkan lagi," kata lelaki yang sehari-hari bekerja menyadap karet itu.

Ia mengaku telah berupaya mengobati istrinya itu bahkan sempat dibawanya ke perawat yang ada di Rantau Langsat, tapi istrinya itu tak juga sehat.

Penyakit serupa juga dialami Siap (26), seorang laki-laki tetangga Tarin. Ia juga tidak bernafsu makan dan menderita batuk serta sesak nafas. Sehari-harinya ia hanya duduk beralaskan tikar pandan di halaman rumah ibunya.

"Ini anak saya. Dah sebulan ini dia macam ini. Tak mau makan, batuk dan sesak" ujar Dang, ibu Siap sambil memelinting tembakau yang dicampur kemenyan untuk dijadikan rokok.

Kondisi serupa juga dialami Munjir, ayah empat anak yang baru dua pekan ditinggal mati istrinya. Ia lebih sering berada dibawah lantai rumahnya.

"Berada dibawah ini lebih dingin. Di dalam atau luar rumah panas," katanya.

Sementara itu, anak-anak yang berumur satu sampai lima tahun di perkampungan itu kondisinya juga terlihat tidak sehat. Badan mereka kurus tetapi perut mereka membuncit.

"Anak-anak disini amat terlihat kekurangan gizi. Bukan saja karena tidak adanya penyuluhan kesehatan juga tidak adanya bahan pangan yang hendak mereka makan," ungkap Ruslan, salah seorang jurnalis Indragiri Hulu.

Menurut dia, Dinas Kesehatan hendaknya cepat tanggap mengatasi penyakit yang mendera warga suku asli yang bermukim di TNBT itu.

"Jika dibiarkan begini saja dikuatirkan kampung ini akan makin tertinggal dan tidak akan ada orang yang mau datang kemari," katanya.