Jakarta (ANTARA) - Google bersama tujuh organisasi pelestarian lingkungan terkemuka di dunia salah satunya Word Wildlife Fund (WWF) bekerja sama untuk melindungi satwa-satwa yang terancam punah dengan meluncurkan platform Wildlife Insights.
"Kita ingin bantu dunia konservasi dengan menggunakan sebuah aplikasi," kata Program Manager Google Earth Outreach Tanya Birch melalui telekonferensi di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Vidio - Puluhan satwa langka stres akibat upaya penyelundupan ke Malaysia, salah satunya burung Cenderawasih
Menurut data WWF, populasi mamalia, burung, ikan, reptilia dan amfibi menyusut 60 persen sejak 1970 an di seluruh dunia. Kehadiran platform berteknologi Artificial Intelligence (AI) diharapkan mampu menyelamatkan satwa-satwa yang semakin terancam keberadaannya.
Khusus di Indonesia, Google yang telah bekerja sama dengan sejumlah organisasi pelestarian lingkungan melakukan riset di Bukit Barisan, Sumatera untuk mengetahui spesies-spesies yang terancam punah.
Kehadiran teknologi AI tersebut sekaligus menjawab persoalan dan tantangan para peneliti maupun ahli biologi yang selama ini terkendala dalam mendapatkan visual dari satwa-satwa yang diteliti.
Secara umum, ujar dia, para ahli biologi telah menggunakan kamera sensor gerak untuk mempelajari binatang liar. Meskipun demikian, mereka belum memiliki cara untuk membagikan dan memadukan data.
"Ini adalah masalah besar dalam manajemen data. Para konservasionis menghabiskan waktu berjam-jam untuk menafsirkan citra dari kamera sensor gerak mereka," katanya.
Padahal, banyak dari hasil visualisasi itu merupakan gambar kosong, menampilkan daun, atau menunjukkan sesuatu yang tidak bernilai.
Namun, saat ini dengan menggunakan Wildlife Insights para peneliti dapat berfokus pada upaya pelestarian dengan mengungah data ke Google Cloud dan menganalisis citra dengan model AI pengidentifikasi spesies yang disediakan Google.
"Kita merasa senang bisa membantu melindungi spesies-spesies yang akan punah itu," kata perempuan yang pernah meneliti sekaligus memetakan konflik gajah dengan manusia di Sri Lanka tersebut.
Hingga kini, ujar dia, Google Earth telah mengabadikan sekitar 4,5 juta gambar menggunakan teknologi AI tersebut di berbagai belahan penjuru dunia. Visualisasi itu diambil sejak 20 tahun silam.
Baca juga: Kasihan, kaki Harimau Sumatera infeksi akibat jerat di Riau terancam diamputasi
Baca juga: 2 Tersangka Perdagangan Satwa Dilindungi Terancam 5 Tahun Penjara
Pewarta : Muhammad Zulfikar
Berita Lainnya
Indonesia manfaatkan WWF untuk dalami pengelolaan prediksi cuaca untuk hadapi iklim ekstrem
27 April 2024 14:29 WIB
Otoritas Gaza bantah klaim AS terkait peningkatan jumlah bantuan yang masuk
27 April 2024 13:48 WIB
IOM Indonesia dianugerahi Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI oleh Menlu RI
27 April 2024 13:42 WIB
PELNI masih lakukan investigasi kebakaran KM Bukit Raya
27 April 2024 13:07 WIB
Menteri AHY serahkan 300 sertifikat gratis di Sulawesi Tenggara
27 April 2024 12:42 WIB
Diplomat: Kongres AS panik drone Rusia berhasil hancurkan tank Abrams Ukraina
27 April 2024 12:35 WIB
Single "SPOT!" Zico dan Jennie BLACKPINK berhasil raih peringkat teratas tangga lagu Korea
27 April 2024 12:15 WIB
PBB keluarkan peringatkan 'laporan mengkhawatirkan' eskalasi di Darfur utara
27 April 2024 12:10 WIB