Kasihan, kaki Harimau Sumatera infeksi akibat jerat di Riau terancam diamputasi
Pekanbaru (ANTARA) - Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono, mengatakan harimau Sumatera liar yang terjerat di kawasan hutan Restorasi Ekosistem Riau (RER) terluka parah dan ada kemungkinan diamputasi.
“Diharapkan 2-3 hari ke depan ada kejelasan dari dokter. Mudah-mudahan tidak diamputasi,” kata Suharyono di Pekanbaru, Selasa.
Satwa langka itu berhasil dievakuasi oleh tim gabungan dari BBKSDA Riau dan Pusat Rehabilitasi Harimau sumatera Dhamasraya (PR-HSD) dari lokasi terjeratnya pada Senin (24/3).
Baca juga: Vidio - Evakuasi harimau Sumatera terjerat pakai tandu dan perahu
Hasil diagnosa awal tim medis menyatakan harimau itu berjenis kelamin jantan dengan perkiraan usia 3-4 tahun, dan bobotnya sekitar 90 kilogram. Harimau itu terkena jerat di kaki kiri bagian depan, yang diperkirakan sudah berlangsung selama tiga hari.
“Saat ditemukan (harimau) diperkirakan sudah terjerat selama tiga hari sampai kakinya mengalami infeksi dan lukanya dikerumini lalat,” ujarnya.
Untuk proses penanganan lebih lanjut, ia mengatakan BBKSDA Riau telah menyerahkan harimau terluka itu kepada Balai KSDA Sumatera Barat (Sumbar) yang selanjutnya dititipkan ke PR-HSD di Dhamasraya, Sumbar.
“Setelah tiba di Dhamasraya, harimau itu baru mau minum, belum mau makan karena masih trauma. Harimau itu juga demam karena luka di kakinya sampai suhu tubuhnya sekitar 41 derajat Celcius,” ujarnya.
Baca juga: Jagawana dan Harimau Sumatera liar barengan terperangkap jerat pemburu di Riau. Kok bisa?
Sebelumnya, harimau sumatera itu terjerat di kawasan RER yang dikelola PT Gemilang Cipta Nusantara (GCN) di Desa Sangar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan. Perusahaan dari APRIL Group ini mengantongi izin restorasi ekosistem dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kawasan Semenanjung Kampar, Kabupaten Pelalawan, sejak 2012 dengan luas 20.265 hektare.
Berdasarkan riset dari lembaga perlindungan satwa WWF dan WCS (Wildlife Conservation Society), kawasan Semenanjung Kampar merupakan kantong populasi harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) kelas 2 yang mampu menampung hingga 50 individu.
Suharyono berharap harimau tersebut bisa diselamatkan sehingga jumlah satwa belang yang mati di Riau tidak bertambah. Sebelumnya, tiga ekor harimau sumatera liar mati akibat jerat yang dipasang warga di Riau pada 2018.
Baca juga: BKSDA Riau Berhasil Satukan Sepasang Beruang Madu Yang Terpisah
Baca juga: Restorasi Ekosistem Riau, ketika industri kehutanan tidak sekadar menebang pohon
“Diharapkan 2-3 hari ke depan ada kejelasan dari dokter. Mudah-mudahan tidak diamputasi,” kata Suharyono di Pekanbaru, Selasa.
Satwa langka itu berhasil dievakuasi oleh tim gabungan dari BBKSDA Riau dan Pusat Rehabilitasi Harimau sumatera Dhamasraya (PR-HSD) dari lokasi terjeratnya pada Senin (24/3).
Baca juga: Vidio - Evakuasi harimau Sumatera terjerat pakai tandu dan perahu
Hasil diagnosa awal tim medis menyatakan harimau itu berjenis kelamin jantan dengan perkiraan usia 3-4 tahun, dan bobotnya sekitar 90 kilogram. Harimau itu terkena jerat di kaki kiri bagian depan, yang diperkirakan sudah berlangsung selama tiga hari.
“Saat ditemukan (harimau) diperkirakan sudah terjerat selama tiga hari sampai kakinya mengalami infeksi dan lukanya dikerumini lalat,” ujarnya.
Untuk proses penanganan lebih lanjut, ia mengatakan BBKSDA Riau telah menyerahkan harimau terluka itu kepada Balai KSDA Sumatera Barat (Sumbar) yang selanjutnya dititipkan ke PR-HSD di Dhamasraya, Sumbar.
“Setelah tiba di Dhamasraya, harimau itu baru mau minum, belum mau makan karena masih trauma. Harimau itu juga demam karena luka di kakinya sampai suhu tubuhnya sekitar 41 derajat Celcius,” ujarnya.
Baca juga: Jagawana dan Harimau Sumatera liar barengan terperangkap jerat pemburu di Riau. Kok bisa?
Sebelumnya, harimau sumatera itu terjerat di kawasan RER yang dikelola PT Gemilang Cipta Nusantara (GCN) di Desa Sangar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan. Perusahaan dari APRIL Group ini mengantongi izin restorasi ekosistem dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kawasan Semenanjung Kampar, Kabupaten Pelalawan, sejak 2012 dengan luas 20.265 hektare.
Berdasarkan riset dari lembaga perlindungan satwa WWF dan WCS (Wildlife Conservation Society), kawasan Semenanjung Kampar merupakan kantong populasi harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) kelas 2 yang mampu menampung hingga 50 individu.
Suharyono berharap harimau tersebut bisa diselamatkan sehingga jumlah satwa belang yang mati di Riau tidak bertambah. Sebelumnya, tiga ekor harimau sumatera liar mati akibat jerat yang dipasang warga di Riau pada 2018.
Baca juga: BKSDA Riau Berhasil Satukan Sepasang Beruang Madu Yang Terpisah
Baca juga: Restorasi Ekosistem Riau, ketika industri kehutanan tidak sekadar menebang pohon